MAKALAH
Makalah Ini di Serahkan Untuk
memenuhi Nilai Mata Kuliah Pembina Warga Jemaat
Dosen Pengampu Wikanto M.Pd.K

Oleh
Nama
Kelompok 2 : Melda Wati Manik
Etri Jayanti
Demes
Tiusman Fathemaluo
Semester
: V (Lima )PAK
Dosen : Wikanto,M.Pd.K
STT IKSM SANTOSA ASIH JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
PEKABARAN INJIL
A. LATAR BELAKANG
Berbicara
tentang Injil tidaklah asing Bagi kita.
Karena ini merupakan kata yang sudah
sering kita dengar. Penginjilan sering sebagai “usaha untuk
memberitakan kabar baik kepada
orang-orang yang belum mengenal Yesus Kristus dengan tujuan agar Mereka dapat
menerima Dia sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadi.”
BAB II
ISI/
PEMBAHASAN
Penjelaan ini memang benar, tetapi kalau
disimak ulang maka akan melihat bahwa
pengertian penginjilan/pekabaran injil yang diberikan disini antara lain :
1.
Peranaan Allah dalam penginjilan
diperkecil, sedangkan usaha manusia diperbesar.
2.
Konsep
penginjilan dari perjanjian Lama
tidak terwakili.
3.
Ada mata rantai yang hilang
dalam proses penginjilan yang
sebenarnya yaitu tidak adanya peranan gereja
dalam penginjilan.
Dengan
demikian, rangkuman yang menjelaskan tentang pekabaran Injil/penginjilan diatas dapat diklarifikasikan sebagai “defenisi operasional penginjilan,
yang berorientasi kepada Perjanjian Baru.” Tentang penginjilan, yang mencakup
konsep Alkitab yang utuh tentang
penginjilan.menurut pemahaman berita Alkitab yang objektif penginjilan.
Menurut pemahaman berita Alkitab yang objektif penginjilan/ pekabaran Injil
adalah rancangan dan karya Allah yang menghimpun bagi dirinya duatu umat untuk
bersekutu, menyembah dan melayani Dia secara utuh dan serasi. Dari sini,
penginjilan akan dilihat sebagai
persiapan rancangan kekekalan Allah
dengan kuasa penyelamatan Allah yang dinamis ditengah kenyataan akan
kuasa dosa (Kejadian 3:15).
Jelaslah bahwa dalam konsepsi yang dituangkan disini penginjilan bukanlah Misi
SAR ( search And Resecue Mission) yang dituangkan disini penginjilan adalah “rancangan kekekalan Allah yang mencipta
dan menghimpun bagi diri-Nya
suatu umat untuk bersekutu, menyembah dan melayani Allah secara utuh dan serasi.”
Dengan
demikian, pemahaman penginjilan/pekabaran
Injil yang selama ini telah mengalami degradasi posisi dan nilai,
dikembalikan kepada status dan kedudukan yang proposrsional Alkitabiah (back to
the Bible). Jadi, kenyataan dosa hanya menambah
ketegasan pentingnya pekabaran Injil dan lebih penting dari semuanya,
fokus penginjilan diarahkan kepada Tuhan Allah yang adalah sumber, dasar,
dinamika, serta pelaksana.
Dengan Demikian, Alkitab secara
utuh, baik Perjanjian Lama (PL) maupun Perjanjian Baru (PB), berbicara tentang
penginjilan dan dijelaskan secara berkaitan dalam konsepsi
progressive-cumulative.” Dari sini terlihat bahwa kosep penginjilan mulai
berkembang dari PL yang kemudian menjadi nyata dan jelas dalam PB.
Hubungan konsepsi penginjilan Alkitabiah dapat
dibandingkan sebagai berikut :
a.
Perjanian Lama bersifat filosofis dalam
menjelaskan tentang penginjilan, dan sekaligus menjadi dasar bagi Perjanjian
Baru yang lebih bersifat praktis dalam menguraikan tentang penginjilan.
b.
Perjanjian Lama menekankan Allah sebagai
Inisiator penginjilan, sedang dalam Perjanjian Baru Allah Konsumator
penginjilan walaupun peranan Allah dalam
hal ini berjalan sinkron.
c.
Peranan umat Allah dalam penginjilan
pada Perjanjian lama bersifat implisit
atau ekslusif Israel, sedangkan peranan umat Allah dalam Perjanjian Baru dijelaskan sebagai
bersifat eksplisit dan universal ( meliputi semua bangsa) dimuka bumi yang
telah ditebus Allah di dalam Yesus Kristus.
Diatas
sudah dijelaskan arti dari penginjilan yang sesungguhnya yang berfokus pada
Alkitab. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita, siapakah yang bertangung
jawab mengabarkan Injil ? Pendeta? Majelis? Missionaris? Umumnya orang Kristen menganggap kewajiban mengabarkan Injil (MI) adalah tanggung jawab para pemimpin gereja. Namun perlu kita
perhatikan bahwa anggapan ini tidak benar. Karena Alkitab dengan tegas menandaskan bahwa :
a. Semua
orang percaya adalah “ Garam” atau “ terang Dunia” ( Mat. 5:13-16).
b. “
kamu akan mejadi saksi-Ku” ( Kis. 1:8)” kamu adalah utusan-utusan Kristus” ( 2
Kor. 5:20).
c. Teladan
orang Kristen pada Gereja mula-mula ( Kis.8:13-16).
d. Perintah
Yesus Kristus ( Mat. 28:19-20).
Dari keempat poin diatas, jelaslah
bahwa kewajiban mengabarkan Injil adalah tanggung jawab setiap orang yang telah
menerima Kristus menjadi Tuhan dan Juruselamatnya.setiap orang percaya wajib
mengabarkan Injil sesuai kemapuan
dan karunia-karunia yang dianugerahkan Roh
Kudus kepadanya. Sebab dengan
menjadi pemberita Injol, itu artinya
kita telah menjadi mitra kerja Tuhan dalam menyelamatkan dunia ini. Karena
sebelum kenaikan-Nya kesurga, Tuhan Yesus meninggalkan amanat yang penting sekali
dan harus dilaksanakan oleh
murid-murid-Nya sebagai suatu ibadah
kepada Allah.
Seperti yang terdapat dalam (d) yang menjadi dasar untuk pemberitaan
Injil Itu harus dilaksanakan supaya orang percaya kepada yesus. Sesudah mereka percaya maka langkah kedua adalah
membaptis dan ketiga diajar untuk
melakukan segala sesuatu yang diperintahkan Yesus dan disini Tuhan Yesus
berjanji bahwa ia akan menyertai smapai kepada akhir zaman.
Mnegapa orang-orang percaya harus bersaksi/ menginjili?
Didalam 2 Kor. 5:14-6:2, dijelaskan oleh karena kasih Kristus menguasai setiap
orang percaya, sebab kita hidup untuk Kristus, dan semua orang memerlukan
Kristus, dan semua orang memerlukan
Kristus, dan sesudah diperdamaikan dengan Kristus dan Allah mempercayakan tugas
ini, karena Allah bekerja melalui orang percaya dan seseorang hanya dapat
dibenarkan dalam Yesus.
Kasih Karunia Allah akan menyelamatkan manusia di dalam
Kristus akan menjadi sia-sia jikalau gagal mengabarkan Injil ( Rom. 10:14).
Allah berjanji akan menolong dan menyelamatkan semua orang yang datang
kepada-Nya. Dia ini=gin agarsemau orang selamat.
Y. Tomatala mengatakan
:
“perjanjian atau
pekabaran Injil adalah pelaksanaan tanggung jawab umat Allah memberitakan Yesus
Kristus dalam kuasa Roh Kudus yang
ditujukan kepada orang-oranf berdosa dengan memanggil mereka kepada pertobatan
dan iman yang dibuktikan melalui tindakan
mengaku dan menyebut Yesus Kristus sebagai
juru selamat pribadi serta melibatkan diri kedalam gereja untuk
bertumbuh menjadi dewasa dan bertambah
sehingga menjadi orang Kristen
yang bertanggung jawab.
Sdangkan H. Rothlisbeger mengatakan “ tugas gereja yang
utama adalah mengabarkan Firman Tuhan di dalam dunia.” Biarpun kesaksian gereja
tidak terdiri dari perkataan saja (
Kerygma dan didache) melainkan berbentuk persekutuan (koinonia) dan pelayanan (
diakonia) juga, namun pekabaran Injil
adalah tugas yang utama dari saksi-saksi Kristus. Jadi, tidak ada hak istimewa
yang lebih besar yang dapat diperoleh seseorang dari pada dipanggil oleh Allah
menjadi utusannya kepada bangsanya sendiri pada waktu ini
Jadi, sebenarnya tugas
membritakan Injil tugas semua orang dimanapun ia bekerja dan melayani.
Sehingga Gay Lord Noyce mengatakan,
bahwa :
Dalam kultur seperti
yang kita miliki, pekabaran Injil mempunyai bentuk yang beraneka ragam; diskusi soal iman pribadi sewaktu istrahat minum
kopi, undangan “ datanglah kegreja bersama kami.” Kepada
teman-teman mengadakan perjumpaan antar pengunjung dan pendatang
baru kesuatu lingkungan tertentu, misi kebangunan rohani dan khotbah, media
massa, iklan-iklan, surat kabar.
Stephen tong melihat
orang percaya perlu memberitakan injil
oleh perasaan berutang ( Roma 1:14). Lebih jauh ia mengatakan :
“Perasaan berutang
semacam inilah yang mendesak Paulus memberitakan Injil kepada manusia dari
lapisan mana saja. Bagaimanakah dengan kita? Apakah kita juga menuju kesempurnaan
melalui perasaan berutang ini atau merasa diri sudah kaya sehingga menuju
kepada kemiskinan rohani kita? Bukankan kita seharusnya menginjili dunia ?
tidak peduli
Siapa mereka baik kaum
miskin, kaum kaya, orang intelektual maupun rakyat jelata yang sama-sama
membutuhkan Injil ? Bukankah perasaan
berutang ini harus diikuti oleh
pembayarnya yakni melaksanakan penginjilan? Apakah kita sudah memperlengkapi
diri untuk mengisi kebutuhan setiap lapisan masyarakat dengan Injil secara
relevan?”
Dari beberapa tokoh diatas, dapat kita simpulkan bahwa
pekabaran Injil/ pemberitaan injili itu
adalah suatu keawjiban yang harus kita lakukan. Itu adalah tugas yang tidak bisa ditawar. Itu merupakan kewajiban dari setiap orang yang telah mengikatkan
dirinya dalam perskutuan dengan tubuh
Kristus. Rasul Paulus dengan begitu kerasnya
berkata : “Karena jika aku memberitakan Injil,aku tidak mempunyai alasan
untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku jika
aku tidak memberitakan Injil.” ( 1 Kor.9:16).
Tugas sebagai seorang
pewarta Injil harus kita pahami dari dua sisi. Yang pertama kita ditugaskan
untuk mencari jiwa.berbicara tentang pertambahan jumlah. Tetapi juga tidak
boleh melupakan sisi yang kedua yaitu, kualitas.Yesus sendiri pernah menegur
orang-orang Yahudi yang berusaha mengumpulkan pengikut sebanyak-banyak-Nya secara
kuantitas tetapi melupakan kualitas jemaat yang mereka kumpulkan.
“Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat
dan orang-orang farisi, hai kamu
orang-orang Munafik, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah
daratan, untuk menobatkan satu orang
saja menjadi penganut agama-Mu
dan sesudah ia bertobat, kamu
menjadikan Dia orang Neraka, yang dua
kali lebih jahat daripada kamu sendiri. “ ( Mat.23:15). Karena itu, antara
kuantitas dan kualitas dalam tugas
pewartaan Injil harus berimbang.
Kita tidak boleh menonjolkan yang satu
dan melupakan yang lain. Karena jika kita lakukan, maka pelayanan kita
akan menjaditidak berimbang, kita akan terjebak dalam kutub-kutub yang salah.
Jadi itu artinya bahwa, Orang Kristen sejati bukan
sekedar orang yang beragama Kristen, tetapi orang yangsudah mengalami hidup
baru oleh karya Kristus dikayu salib,
menjadi penebus bagi orang pilihan-Nya. Dengan demikian menjadi orang Kristen
sejati bukan lagi hidup seperti manusia dunia lagi yang orientasinya hanya
untuk kepentingan diri sendiri dan bersifat anthropocentris dalam segala
tindakan dan motivasinya. Orang yang telah ditebus oleh Kristus, hidupnya telah
diberi oleh darah kristus, telah lunas dibayar dan hidupnya tidak lagi untuk
kepentingan diri sendiri, melainkan untuk Allah ( Theocentris). Yang dia
pikirkan bukan bagaimana ia bisa melakukan kehendak Allah. Status orang Kristen
sejati adalah anak Allah, hamba Allah dan murid Kristus. Seorang anak yang baik
selalu belajar untuk mau taat kepada orang tuanya, demikian pula seorang hamba
akan patuh kepada tuannya dan seorang murid akan belajar dengan disiplin kepada
gurunya.
Perintah Tuhan Yesus sudah jelas, yaitu supaya kita
sebagai orang percaya memberitakan
Injil ( Mark.16:15). Mmeberitakan Injil
buakn suatu himbauan yang orang Kristen
bisa menolak atau menerima, tetapi
adalah keharusan, namun seharusnya ia tidak melakukan keharusan ini dnegan
terpaksa, melainkan dengan sukacita, karena ia sudah terlebih dahulu mengalami
sukacita atau bahagia yang sejati dari kasih Yesus Kristus yang telah memberi anugerah keselamatan
yang sejati. Jadi memberitakan Injil seharusnya menjadi pola hidup orang
Kristen, damai sejahtera karena kasih
Allah yang ia peroleh mengubah dan
menggerakkan hidup orang Kristen untuk melakukannya dengan segenap hati. Ia
tidak bisa tinggal diam melihat orang
yang belum menerima kasih yang sejati dari Allah.
Hatinya akan timbul
belas kasihan melihat domba-domba yang tidak bergembala. Apalagi kalau kita
sadar, bahwa Allah mempercayakan pepelayanan pendamaian itu kepada kita (bnd
Mat. 9: 36, 2 Kor. 5:14-21).
Dibawah ini ada
beberapa motivasi-motivasi yang dapat memacu orang percaya untuk tekun
mengabarkan injil, sekalipun semangat melemah, antara lain :
a.
Mengabarkan Injil adalah bagian dari
tanggung jawab melayani Kristus ( 1 Tes. 2:4).
b.
Mengasihi sesama manusia seperti diri
sendiri bearti juga menyampaikan injil kepada mereka ( Gal.5:13).
c.
Mengabarkan Injil mendampakan “ harta kekal disurga” ( Mat. 6:33).
Disini ada beberapa
petunjuk praktis tentang pelaksanaan pekabaran Injil, yang didasarkan
pada pengalaman MI beberapa tahun diindonesia. Hal-hal yang sebaiknya dihindari dalam mengabarkan Injil secara Pribadi (
MIP). Seorang pekabar Injil harus mampu menyesuaikan khotbah dengan keadaan,
tanpa mengingkari amanat Alkitab sebagai Firman
Allah yang berdaulat.Dan pasrah serta tunduk pada pimpinan Roh Kudus.
Dan harus berusaha menghindari beberapa hal berikut dibawah ini, supaya pemberitaan
Injil secara pribadi dapat terlaksana dengan sebaik-baiknya.
a. Hindari
kesan dagang dan paksaan
b. Hindari
kepura-puraan
c. Hindari
perdebatan
d. Hindari
bicara terlalu banyak
e. Hindari
menggunakan terlalu banyak ayat Alkitab
f. Hindari
banyak orang
g. Hidari
memberikan kepastian yang palsu.
h. Hindari
keputus asaan
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari penjelasan diatas
dapat disimpulkan bahwa menginjili/ mengabarkan injil adalah suatu keharusan
karen apenginjilan adalah rencana dan karya Allah, maka penginjilan akan tetap
berjalan, Allah akan tetap dan terus menyelamatkan dalam segala waktu dan tempat.
Dan bila umat Allah menginjili, maka
umat Allah sedang membuktikan dirinya sebagai milik Allah dan sedang ada dalam
tanggung jawab taat kepada-Nya ( 1 Pet.
2:9-10 ). Penginjilan bagi umat Allah adalah tanggung jawab mandatori. Gereja
(umat Allah) yang taat harus menginjili
maka umat Allah gagal membuktikan dirinya sebagai milik Allah
dan secara pasti akan menerima ganjaran ketidaktaatan. Jadi, mari kita
bersama-sama menerapkan hal ini dalam
diri masing-masing.
Komentar
Posting Komentar