MAKALAH
Makalah Ini di Serahkan Untuk
memenuhi Nilai Mata Kuliah Eksposisi PB II
Dosen Pengampu Dr. Junior Silalahi
M.Th
Oleh
Nama : Melda Wati Manik
NIM : 201502049
Semester : IV (Empat )
Mata
Kuliah :Eksposisi PB II
Dosen :Junior N. Silalahi, M.Th
STT IKSM SANTOSA ASIH JAKARTA
Tema : Keselamatan oleh kasih
karunia kamu diselamatkan oleh iman
A.
Lata
Belakang
Surat
Efesus adalah sebuah surat edaran umum yang harus diedarkan sampai ke jemaat Efesus
dan Kolose. Surat Efesus ditulis sekitar tahun 60-61, di mana surat ini dibawa
oleh Aristarkhus yang disertai oleh onesimus
("Ef. 6:21; Kol. 4:7-9). Kisah para rasul Paulus didampingi olehAristarkhus
pada waku ia menulis surat ini, Aristarkhus pernah menjadi salah seorang utusan
ke -Yerusalem ("Kis. 20:4”) Surat Efesus ditulis ketika banyak gereja
telah didirikan dan setelah Rasul paulus mempunyai kesempatan untuk merenungkan
hakikat dari organisasi yang baru terbentuk itu. pada surat Efesus kata jemaat berarti
gereja yang universal bukan suatu kelompok lokal. Surat ini tidak ditujukan
untuk mereka yang baru masuk dalam iman Kristen, tetapi kepada mereka yang
telah mencapai kematangan tertentu dalam pengalaman rohani dan ingin meningkat
kepada pengetahuan dan kehidupan yang lebih penuh.
A.
Konteks
jauh
Orang
yahudi yang sudah percaya Yesus masih berpikir bahwa keselamatan tidak cukup
hanya oleh iman, harus ditambahkan usaha melakukan hukum Taurat.
B.
Konteks
Dekat
semua
manusia sudah mati dan tidak mampu untuk berbuat apa-apa dalam karya
keselamatan (ay.1-3).
c.
Analisa Teks :
Keselamatan Melalui
Kasih Karunia (Efesus 2
:1-10). Didalam paragraf ini sang rasul mengemukakan
tentang keselamatan kita kasih karunia Allah dengan menunjukkan keadaan kita
pada masa lalu, sekarang dan pada masa yang akan datang.
a. Keadaan
kita pada masa lalu ( ay.1-3). Pernyataan pembukaan dari bagian ini
mengingatkan orang percaya di efesus tentang betapa hebatnya mereka dahulu
membutuhkan kasih karunia Allah yang menyelamatkan.
Ay .1 : mati karena pelanggaran dan dosa
Penjelasan Ay. 1 : Secara harafiah,dan
kamu yang sudah mati dalam pelanggaran-pelanggaran dan dosa ay.2 dan 3
dengan demikian merupakan sisipan dan
pikiran utamanya dilanjutkan dalam ay.4 Kontrasnya adalah di antara yang kaya
dengan rahmat. Kematianapa yang dimaksudkan
disini bukan kematian jasmaniah tetapi rohani : yaitu terpisah dari
Allah.
Ay. 2: mengikuti dunia
dan roh-roh angkasa –angkasa
Penjelasan
dari Ay.2 Kata Allah yang ditekankan diciptakan dalam Kristus Yesus untuk
melakukan pekerjaan baik. Maksudnya kita diciptakan baru ialah agar kita dapat
melakukan pekerjaan baik. Bagian inisekarang sudah lengkap, sebab hidup yang
ini kotras dengan hidup yang dilukiskan.
Ay.3 : Hidup dalam hawa nafsu daging
a. Ay.
4.5 dan 6 : kontrasnya Allah menghidupkan kita
Ay.4 : Allah melimpahkan kasih karunia
Ay. 5: menghidupkan kita bersama dengan
Kristus
Ay.6: membangkitkan kita
b. Kondisi
kita pada masa yang akan datang (ay.6b-7).
Penjelasan dari
ay.6b-7: Keadaan kita pada masa depan ( 2:7-10) Kenyataan bahwa Allah telah
menjadikan orang-orang berdosa yang ditebus sebagai contoh abadi tentang kasih
karunia-Nya merupakan hal yang menakjubkan namun benar.
Supaya pada masa yang akan datang Ia
menunjukkan. Gereja harus merupakan peragaan abadi kasih karunia Allah.kekayaan
kasih karunia-Nya sesuai dengan kebaikannya.( Tit. 2:14: 3:4).
Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan. Maksudnya,kamu telah diselamatkan. Kasih karunia Allah merupakan
sumber keselamatan kita oleh iman. Paulus tidak pernah mengatakan karena iman
sebab iman bukan merupakan penyebab, hanya sarana penyaluran melalui mana
keselamatan sampai kepada kita. Itu bukan hasil usahamu.pemberian Allah.
Menyelamatkan” keselamatan itu bukan hasil usahamu.” kata itu bukan pada kasih
karunia atau pada iman. Melainkan pada seluruh tidakan menyelamatkan
“keselamatan itu bukan hasil usahamu.” Pemberian Allah. Bandingkan Roma 6:23.
Itu bukan hasil pekerjaanmu. Ini merupakan pelengkap negatif dari pernyataan
sebelumnya. Roh kudus sangat berhati-hati dalam melindungi doktrin keselamatan
karena kasih karunia yang amat berharga ini terhadap segala sesuatu bentuk
penyesatan. Pekerjaan di dalam Alkitab merupakan hasil atau buah dari keselamatan, bukan penyebabnya, hanya
sarana penyaluran melalui mana keselamatan sampai kepada kita. Itu bukan hasil
usahamu.pemberian Allah. Menyelamatkan” keselamatan itu bukan hasil usahamu.”
kata itu bukan pada kasih karunia atau pada iman. Melainkan pada seluruh
tidakan menyelamatkan “keselamatan itu bukan hasil usahamu.” Pemberian Allah.
Bandingkan Roma 6:23. Itu bukan hasil pekerjaanmu. Ini merupakan pelengkap
negatif dari pernyataan sebelumnya. Roh kudus sangat berhati-hati dalam
melindungi doktrin keselamatan karena kasih karunia yang amat berharga ini
terhadap segala sesuatu bentuk penyesatan. Pekerjaan di dalam Alkitab merupakan
hasil atau buah dari keselamatan, bukan
penyebabnya. Jangan ada orang yang memegahkan diri. Di surga tidak akan ada
orang yang memegahkan diri sebab disana orang tidak memiliki sesutau untuk
dimegakan ( 1 Kor. 4:17).
Ay.6b : memberikan tempat disorga
Ay.7: melimpahkan kekayaannya
c. Karya
keselamatan (ay.8-9)
Ay. 8: karena kasih karunia,oleh iman, bukan
hasil usaha, pemberian Allah.
Ay.9 : bukan hasil usaha manusia
d. Tujuan
keselamatan (Ay. 10)
Ay.10a: untuk melakukan pekerjaan baik
Ay.10b: hidup di dalam Kristus
e. Kamu (dahulu) hidup didalamnya.
Hidup di sini berarti tingkah laku dan cara hidup sehari-hari tentang perilaku
orang percaya). Mengikut jalal dunia
ini. Kata aion, ini telah memproleh arti etis manakala digunakan dalam perjanjian baru. Menaati penguasa
kerajaan angkasa. Yang jelas dimaksudkan adalah iblis. Disini terdapat
paradoks sebab orang mati dikatakan sebagai hidup.setiap orang yang terpisah
dari kristus berarti mati dan hidup menaati penguasa kerajaan angkasa. Iblis
kemudian juga dilukiskan sebagai roh
yang sekarang sedang bekerja diantara orang-orang durhaka; yakni orang-orang yang mempunyai ciri khas durhaka. Sejak
Adam berbuat dosa, manusia sudah menjadi orang-orang durhaka.
a. Sebenarnya
dahulu kami juga terhitung diantara mereka. Kata terhitung maksudnya memiliki perilaku
gaya hidup. Kata kami kontras dengan kamu
dari Ef. 2:1 Daging. Istilah daging di dalam PB sering kali dipakai dalam arti etis untuk mengacu kepada sifat lama
yang kita warisi dari Adam. Kehendak
daging dan pikiran yang jahat.tampaknya tubuh ada hubungannya dengan pikiran,keduanya merupakan
bagian dari daging, yaitu dari sifat yang lama. Banyak orang sudah terbiasa
untuk berpikir tentang dosa yang diperbuat oleh daging hanya sebagai jenis
kedursilaan. Dan lupa bahwa ada juga dosa dari pikiran. Orang-orang yang harus
dimurkai. Yang tujuan hiudpnya adalah tertimpa murka, yaitu orang-orang yang
berada dibawah murka, yang tujuan hidupnya adalah tertimpa murka, yaitu
orang-orang yang atas mereka tinggal murka Allah ( Rm. 1:8; Yoh. 3:36; dan juga
lihat Ibr. 10:26, 27).
f. Keadaan
kita sekarang ( 2:4-6) Firman Allah penuh dengan Kontras tajam antara
ketidakmampuan manusia dengan kecukupan Tuhan.
Penulis kini kembali kepada pernyataan
yang diselingi pada ay. 2 tetapi Allah. Merupakan kontras yang menyelamatkan.
Kaya dengan rahmat. Kekayaan kasih karunia dan kemuliaan-Nya, Ef. 1:18) Rahmat
Allah itu tidak ada batasnya. Karena kasih-Nya yang besar.harafiahnya,karena
kasih-Nya yang besar yang dengan-Nya Dia mengasihi kita. Alkitab berulang kali
menunjukkan kasihnya Allah kepada kita, bukan kasih kita kepada Dia, adalah
lebih penting ( 1 Yoh.4:9, 10) Telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita
pernyataan ini memandang baik kepada 2:1 Telah menghidupkan kita Bersama-sama
dengan Kristus. Disini terdapat kata kerja majemuk yang digabubgkan dengan kata
Kristus, untuk menunjukkan bahwa kita
dijadikan hidup bersam dengan Di dijadikan hidup yakni di dalam
kebangkitan-Nya. Sispan, oleh kasih karunia kamu diselamatkan (ay :8).
Didalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan
memberikan tempat ( duduk) bersama-sama dengan Dia di surga.Alkitab hanya dalam kematian-Nya ke
surga untuk duduk di sebelah kanan
bapa.kata tempat duduk termasuk salah satu kata yng hebat didalam surat ini.
Yang menunjukkan kedudukan kita di dalam Kristus, sebagai orang-orang yang ikut
mengalami kemenangannya di surga. Pemakaian ketiga kali istilah ini. Karena
kedudukan kita di dalam Kristus, kita pada dasarnya sudah ada disurga, dimana
Dia memang berada.
Keadaan kita pada masa
depan ( 2:7-10) Kenyataan bahwa Allah telah menjadikan orang-orang berdosa yang
ditebus sebagai contoh abadi tentang kasih karunia-Nya merupakan hal yang
menakjubkan namun benar.
hanya sarana penyaluran melalui mana
keselamatan sampai kepada kita. Itu bukan hasil usahamu.pemberian Allah.
Menyelamatkan” keselamatan itu bukan hasil usahamu.” kata itu bukan pada kasih
karunia atau pada iman. Melainkan pada seluruh tidakan menyelamatkan
“keselamatan itu bukan hasil usahamu.” Pemberian Allah. Bandingkan Roma 6:23.
Itu bukan hasil pekerjaanmu. Ini merupakan pelengkap negatif dari pernyataan
sebelumnya. Roh kudus sangat berhati-hati dalam melindungi doktrin keselamatan
karena kasih karunia yang amat berharga ini terhadap segala sesuatu bentuk
penyesatan. Pekerjaan di dalam Alkitab merupakan hasil atau buah dari keselamatan, bukan penyebabnya. Jangan
ada orang yang memegahkan diri. Di surga tidak akan ada orang yang memegahkan
diri sebab disana orang tidak memiliki sesutau untuk dimegakan ( 1 Kor. 4:17).
Kita ini buatan Allah.
Kata Allah yang ditekankan diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan baik. Maksudnya kita diciptakan baru ialah agar kita dapat melakukan
pekerjaan baik. Bagian inisekarang sudah lengkap, sebab hidup yang ini kotras
dengan hidup yang dilukiskan dalam ay.2.
Kesatuan orang Yahudi
dan orang bukan Yahudi di dalam Kristus ( 2:11-12). Salah satu kebenaran besar
dari surat ini ialah bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi dipersatukan di dalam
Tubuh Kristus. Tubuh tersebut sudah disebutkan dalam 1:23, dan kesatuannya
dilukiskan di sini, dengan penjelasan selanjutnya dalam pasal 3.
1. Keadaan
orang bukan Yahudi di luar Kristus ( 2:11, 12). Bahasa dari ayat-ayat ini
meberikan gambaran yang sangat gelap
tentang kedudukan orang bukan Yahudi sebelum Kristus datang.
Karena itu ingatlah. Sebagian besar
pembaca mula-mula surat paulus adalah orang bukan Yahudi. Di dalam kedua ayat
ini sang rasul mengingatkan mereka akan
keadaan mereka sebelum mendengar Injil. Dahulu kamu sebagai orang-orang bukan
Yahudi menurut daging. Dihadapan Allah. Allah memandang seluruh umat manusia
sebagai orang dihadapan Allah. Allah memandang seluruh umat manusia sebagai
orang Yahudi. Orang bukan Yahudi , atau Gereja ( 1 Kor.
10:32).
Satu Tubuh ( 2:13-18) orang yahudi dan
bukan yahudi telah dipersatukan di dalam Kristus, dan orang bukan Yahudi kini
sama dekatnya dengan Dia sebagaimana halnya orang Yahudi.
a. Sebenarnya
dahulu kami juga terhitung diantara mereka. Kata terhitung maksudnya memiliki
perilaku gaya hidup. Kata kami kontras dengan kamu dari
Ef. 2:1 Daging. Istilah
daging di dalam PB sering kali dipakai dalam
arti etis untuk mengacu kepada sifat lama yang kita warisi dari Adam. Kehendak daging dan pikiran yang
jahat.tampaknya tubuh ada hubungannya
dengan pikiran,keduanya merupakan bagian dari daging, yaitu dari sifat yang
lama. Banyak orang sudah terbiasa untuk berpikir tentang dosa yang diperbuat
oleh daging hanya sebagai jenis kedursilaan. Dan lupa bahwa ada juga dosa dari
pikiran. Orang-orang yang harus dimurkai. Yang tujuan hiudpnya adalah tertimpa
murka, yaitu orang-orang yang berada dibawah murka, yang tujuan hidupnya adalah
tertimpa murka, yaitu orang-orang yang atas mereka tinggal murka Allah ( Rm.
1:8; Yoh. 3:36; dan juga lihat Ibr. 10:26, 27).
i.
Keadaan kita sekarang ( 2:4-6) Firman
Allah penuh dengan Kontras tajam antara ketidakmampuan manusia dengan kecukupan
Tuhan.
Penulis kini kembali kepada pernyataan
yang diselingi pada ay. 2 tetapi Allah. Merupakan kontras yang menyelamatkan.
Kaya dengan rahmat. Kekayaan kasih karunia dan kemuliaan-Nya, Ef. 1:18) Rahmat
Allah itu tidak ada batasnya. Karena kasih-Nya yang besar. harafiahnya,karena
kasih-Nya yang besar yang dengan-Nya Dia mengasihi kita. Alkitab berulang kali menunjukkan
kasihnya Allah kepada kita, bukan kasih kita kepada Dia, adalah lebih penting (
1 Yoh.4:9, 10) Telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita pernyataan ini
memandang baik kepada 2:1 Telah menghidupkan kita Bersama-sama dengan Kristus.
Disini terdapat kata kerja majemuk yang digabubgkan dengan kata Kristus, untuk
menunjukkan bahwa kita dijadikan hidup
bersam dengan Di dijadikan hidup yakni di dalam kebangkitan-Nya. Sispan, oleh
kasih karunia kamu diselamatkan (ay :8).
Didalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan
memberikan tempat ( duduk) bersama-sama dengan Dia di surga.Alkitab hanya dalam kematian-Nya ke
surga untuk duduk di sebelah kanan
bapa.kata tempat duduk termasuk salah satu kata yng hebat didalam surat ini.
Yang menunjukkan kedudukan kita di dalam Kristus, sebagai orang-orang yang ikut
mengalami kemenangannya di surga. Pemakaian ketiga kali istilah ini. Karena
kedudukan kita di dalam Kristus, kita pada dasarnya sudah ada disurga, dimana
Dia memang berada.
b. Keadaan
kita pada masa depan ( 2:7-10) Kenyataan bahwa Allah telah menjadikan
orang-orang berdosa yang ditebus sebagai contoh abadi tentang kasih karunia-Nya
merupakan hal yang menakjubkan namun benar.
Supaya pada masa yang akan datang Ia
menunjukkan. Gereja harus merupakan peragaan abadi kasih karunia Allah.kekayaan
kasih karunia-Nya sesuai dengan kebaikannya.( Tit. 2:14: 3:4).
Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan. Maksudnya,kamu telah diselamatkan. Kasih karunia Allah merupakan
sumber keselamatan kit.oleh iman. Paulus tidak pernah mengatakan karena iman
sebab iman bukan merupakan penyebab, hanya sarana penyaluran melalui mana
keselamatan sampai kepada kita. Itu bukan hasil usahamu.pemberian Allah.
Menyelamatkan” keselamatan itu bukan hasil usahamu.” kata itu bukan pada kasih
karunia atau pada iman. Melainkan pada seluruh tidakan menyelamatkan
“keselamatan itu bukan hasil usahamu.” Pemberian Allah. Bandingkan Roma 6:23.
Itu bukan hasil pekerjaanmu. Ini merupakan pelengkap negatif dari pernyataan
sebelumnya. Roh kudus sangat berhati-hati dalam melindungi doktrin keselamatan
karena kasih karunia yang amat berharga ini terhadap segala sesuatu bentuk
penyesatan. Pekerjaan di dalam Alkitab merupakan hasil atau buah dari keselamatan, bukan penyebabnya. Jangan
ada orang yang memegahkan diri. Di surga tidak akan ada orang yang memegahkan
diri sebab disana orang tidak memiliki sesutau untuk dimegakan ( 1 Kor. 4:17).
c. Kesatuan
orang Yahudi dan orang bukan Yahudi di dalam Kristus ( 2:11-12). Salah satu
kebenaran besar dari surat ini ialah bahwa orang Yahudi dan bukan Yahudi
dipersatukan di dalam Tubuh Kristus. Tubuh tersebut sudah disebutkan dalam
1:23, dan kesatuannya dilukiskan di sini, dengan penjelasan selanjutnya dalam
pasal 3.
i.
Keadaan orang bukan Yahudi di luar
Kristus ( 2:11, 12). Bahasa dari ayat-ayat ini meberikan gambaran yang sangat gelap tentang kedudukan orang
bukan Yahudi sebelum Kristus datang.
Karena itu ingatlah. Sebagian besar
pembaca mula-mula surat paulus adalah orang bukan Yahudi. Di dalam kedua ayat
ini sang rasul mengingatkan mereka akan
keadaan mereka sebelum mendengar Injil. Dahulu kamu sebagai orang-orang bukan
Yahudi menurut daging. Dihadapan Allah. Allah memandang seluruh umat manusia
sebagai orang dihadapan Allah. Allah memandang seluruh umat manusia sebagai
orang Yahudi. Orang bukan Yahudi , atau Gereja ( 1 Kor.
10:32).
Satu Tubuh ( 2:13-18) orang yahudi dan
bukan yahudi telah dipersatukan di dalam Kristus, dan orang bukan Yahudi kini
sama dekatnya dengan Dia sebagaimana halnya orang Yahudi.
Oleh
karena kepastian terkait erat dengan kesadaran akan apa yang telah dimiliki
orang percaya di dalam Kristus dan keberadaan mereka di dalam Kristus, maka
bagian ini akan membahas mengenai aspek-aspek keselamatan yang telah Allah
berikan kepada orang percaya. Untuk itu pelajaran-pelajaran ini akan menyoroti
aspek-aspek berikut ini:
1.
Kepastian mengenai Keselamatan
2.
Kepastian mengenai Jaminan Kekal
3.
Kepastian mengenai Pemeliharaan Allah
Setiap Hari
4.
Kepastian mengenai Jalan Kelepasan dari
Dosa
5.
Kepastian mengenai Pimpinan Allah
6.
Kepastian mengenai Mahkota Kekal
Jaminan
untuk keselamatan dalam kristen
Ketika
kita percaya kepada Yesus Kristus, terlepas dari apakah kita memahaminya atau
tidak, jaminan kekal bagi mereka yang berada di dalam Kristus sudah merupakan
suatu realita rohani yang pasti. Kepercayaan seseorang terhadap jaminan
di dalam Kristus ini tak akan dapat mengubah atau membatalkannya. Apabila kita
telah sungguh-sungguh percaya kepada Kristus dan telah mengakui serta menerima
karya-Nya untuk keselamatan kita, apapun dan bagaimanapun perasaan dan pikiran
kita, jaminan itu sudah merupakan realita yang pasti.
Kepastian untuk keselamatan dalam
umat kristen
Kepastian
adalah realisasi dari jaminan tersebut. Ini merupakan wujud dari apa yang kita
telah terima dan miliki di dalam Kristus, seperti kehidupan kekal, pengampunan
dosa, pemeliharaan Allah bagi kita sebagai anak-anakNya. Kepastian ini terkait
erat dengan pemahaman kita terhadap fakta-fakta dan pemberian keselamatan yang
diterima melalui iman kepada Kristus. Ini merupakan doktrin yang amat sangat
penting karena apabila dipahami secara benar akan mempengaruhi setiap aspek
kehidupan orang percaya. Ini tidak hanya memberikan kepastian mengenai
keselamatan melainkan juga memberikan kepastian mengenai pemeliharaan Allah
bagi kehidupan orang percaya.
(Roma
8:32 Ia), yang tidak menyayangkan Anak-Nya sendiri, tetapi yang menyerahkan-Nya
bagi kita semua, bagaimanakah mungkin Ia tidak mengaruniakan segala sesuatu
kepada kita bersama-sama dengan Dia?
Apabila
seseorang belum memiliki kepastian keselamatan, itu berarti kita harus mulai
dengan terlebih dahulu menyampaikan Injil untuk memastikan bahwa mereka telah
benar-benar percaya kepada Kristus. Sesudah itu barulah kita beralih kepada
aspek-aspek kehidupan lainnya yang membutuhkan kepastian.
Alasan Mengapa Orang Tidak Memiliki
Kepastian
1. Sering seseorang tidak memiliki kepastian
karena ia tidak dapat mengingat atau menunjukkan kapan ia menerima Kristus.
Akibatnya ia meragukan keselamatannya. Keselamatan memang memiliki waktu hal
itu terjadi – saat peristiwa kelahiran baru terjadi. Untuk membantu orang yang
dilanda keraguan ini, kita perlu menunjukkan kepadanya apakah ia sekarang benar-benar
telah percaya kepada Kristus dan mengakui karyaNya yang telah dikerjakanNya
baginya.
2. Sering seseorang
tidak memiliki kepastian karena meragukan prosedur yang ia jalani ketika
menerima Kristus. Bila ia telah menerima Kristus secara pribadi, ia ingin tahu
apakah prosedurnya telah benar yakni dengan mengadakan pengakuan atau kesaksian
di hadapan orang lain tentang imannya atau dengan mengucapkan sesuatu doa.
3. Sering seseorang tak memiliki kepastian karena
ia masih diperhadapkan dengan dosa-dosa tertentu yang terus menghantui
kehidupannya. Ia ingin tahu apakah seorang yang telah benar-benar percaya masih
harus menghadapi permasalahan ini. Problema sebenarnya yang dihadapinya adalah
kurangnya pemahaman tentang sifat dosa, peperangan rohani, jalan kelepasan yang
telah disediakan Allah, dan pentingnya bertumbuh menjadi dewasa di dalam
Kristus.
4. Alasan utama dibalik ketidakpastian ini adalah
kekeliruan pengertian doktrin dan ketidakpercayaan terhadap karya Kristus bagi
kita. Hal ini juga terkait dengan kekurangpahamannya akan Firman dan ajaran
Kitab Suci tentang manusia, dosa, ketidakmampuan manusia untuk memperoleh dan
memelihara keselamatan, kekudusan Allah yang sempurna, dan kecukupan karya
Kristus yang telah selesai dikerjakanNya di atas salib.
5.
Seseorang sering tak memiliki kepastian karena ia telah menerima pengajaran
yang keliru bahwa seseorang melihat dan menyelidiki dirinya sendiri dan
perbuatan-perbuatannya sebagai bukti utama mengenai keselamatan. Inilah
permasalahan yang hangat dibicarakan pada
masa kini. Robert Lightner menulis:
Mereka
yang berpendapat bahwa seorang berdosa harus menjadikan Kristus sebagai Tuhan
atas kehidupannya, atau paling tidak, berjanji mau melakukan hal ini untuk
dapat diselamatkan, menjadikan kepastian keselamatan itu bergantung kepada
penyerahan hidup. MacArthur menyatakan hal ini sebagai satu-satunya jalan bagi
seorang percaya untuk mendapatkan kepastian keselamatan. ‘Kepastian yang sejati
dengan sendirinya muncul dengan melihat kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam
kehidupan seseorang, bukannya karena mendasarkannya kepada sesuatu pengalaman
khusus.
Dasar-Dasar Kepastian
Firman Allah
Firman
Allah adalah kesaksian Allah kepada orang percaya (1 Yohanes 5:11-13). Dalam
teks Yunani menambahkan article di depan kata “kehidupan.” Ini menunjukkan
bahwa keselamatan dalam Kristus bukan sekedar pemberian kehidupan belaka
melainkan merupakan “kehidupan” itu sendiri yang dikaruniakan kepada seseorang
yang beriman kepada Kristus. Pernyataan yang jelas dalam Kitab Suci adalah
bahwa seseorang yang percaya kepada Kristus dan mengakui karyaNya di salib
sebagai jalan kelepasan dosa menerima :
a. Kehidupan
kekal.
(Yohanes
3:36). Barangsiapa percaya kepada Anak,
ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia
tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.
(1
Yohanes 5:11-13). Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup
yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa
memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak
memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya
kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.
b. Pengampunan dosa.
(Kisah
10:43). Tentang Dialah semua nabi
bersaksi, bahwa barangsiapa percaya kepada-Nya, ia akan mendapat pengampunan
dosa oleh karena nama-Nya.
(Kolose
2:13). Kamu juga, meskipun dahulu mati
oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah
dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala
pelanggaran kita.
c. Kelepasan dari hukuman.
(Yohanes
5:24). Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku
dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan
tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Roma 8:1 Demikianlah
sekarang tidak ada penghukuman bagi mereka yang ada di dalam Kristus Yesus.
d. Pembenaran
Allah.
(Roma
5:1). Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai
sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus. Jadi apakah akan
kita katakan tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? Sebab jikalau Abraham
dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi
tidak di hadapan Allah. Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? Lalu percayalah
Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai
kebenaran. Kalau ada orang yang bekerja, upahnya tidak diperhitungkan sebagai
hadiah, tetapi sebagai haknya. Tetapi kalau ada orang yang tidak bekerja, namun
percaya kepada Dia yang membenarkan orang durhaka, imannya diperhitungkan
menjadi kebenaran. Seperti juga Daud menyebut berbahagia orang yang dibenarkan
Allah bukan berdasarkan perbuatannya.
(Roma
4:25). Yesus, yang telah diserahkan
karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita.
e. Keselamatan.
(Efesus
2:8-9). Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil
usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang
yang memegahkan diri.
f. Kedudukan
sebagai Anak Allah melalui Iman.
(Yohanes
1:12). Tetapi semua orang yang
menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang
percaya dalam nama-Nya.
(Roma
8:14-17). Semua orang, yang dipimpin Roh
Allah, adalah anak Allah. Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat
kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu
anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa! Roh itu bersaksi
bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Dan jika kita
adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang
berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan
Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga
dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
John
Calvin memperingatkan akan bahayanya memandang kepada diri kita sendiri, yaitu
kepada perbuatan-perbuatan kita bahkan kepada buah Roh untuk mendapatkan
kepastian keselamatan kita. Memandang kepada diri sendiri hanya akan membawa
keraguan dan akan mengalihkan fokus perhatian kita dari karya penyelamatan yang
telah dikerjakan Kristus bagi kita. Karena itu Calvin tak setuju dengan ajakan
untuk menyelidiki diri sendiri dan menganggapnya sebagai dogma yang berbahaya.
Berbeda
dengan kutipan komentar MacArthur di atas, kepastian keselamatan ini tidak
diperoleh dengan berpegang kepada sesuatu pengalaman tertentu, melainkan dengan
mendasarkannya kepada kesaksian Firman Allah itu sendiri. Earl Radmacher
menulis:
Banyak pendeta sering
mengemukakan bahwa dasar untuk mengetahui bahwa saya adalah seorang Kristen
bukanlah pada apa yang saya kerjakan atau perbuat melainkan pada apa yang
dikatakan oleh Firman Allah mengenai apa yang Kristus telah kerjakan dan terus
kerjakan bagi orang percaya (Yohanes 1:12; 1 Yohanes 5:13). Saya tahu pasti
bahwa saya telah menjadi milik Kristus karena saya telah percaya kepada Yesus
Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat pribadi saya dan Penebus saya dari
kebinasaan kekal. Bukanlah bukti-bukti dalam kehidupan saya yang menjadi dasar
saya mengetahui hal ini, melainkan Firman Allah. Allah telah mengatakannya dan
itu cukup bagi saya. Saya sungguh kuatir terhadap banyak orang masa kini, yang
karena melihat minimnya pertumbuhan dan ketiadaan sifat-sifat Kristen dalam
kehidupan sehingga berusaha mengubah Injil dengan menambahkan sesuatu kepada
Injil itu.
Karya Kristus
Memahami
karya Kristus secara benar (kematianNya yang menggantikan kita dan menanggung
dosa-dosa kita di salib) sangatlah penting dalam memperoleh kepastian. Tentu
saja hal ini harus didasarkan pada pernyataan atau kesaksian Kitab Suci, namun
tekanan harus diberikan kepada pemahaman tentang kecukupan karya Kristus yang
telah selesai dan apa yang dicapai melalui kematian Kristus itu. Ada dua aspek
penting yang terlihat jelas di sini:
Keselamatan itu
diperoleh bukan melalui hasil pekerjaan atau usaha kita
(bandingkan. Rom. 4:1-7
di atas).
(Efesus
2:8-9). Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
(Titus 3:5-7). pada waktu itu Dia telah menyelamatkan kita,
bukan karena perbuatan baik yang telah kita lakukan, tetapi karena rahmat-Nya
oleh permandian kelahiran kembali dan oleh pembaharuan yang dikerjakan oleh Roh
Kudus, yang sudah dilimpahkan-Nya kepada kita oleh Yesus Kristus, Juruselamat
kita, supaya kita, sebagai orang yang dibenarkan oleh kasih karunia-Nya, berhak
menerima hidup yang kekal, sesuai dengan pengharapan kita.
Keselamatan adalah
pemberian Allah yang diperoleh hanya melalui pribadi dan karya Kristus.
(1Yohanes
5:5-12). Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya,
bahwa Yesus adalah Anak Allah? Inilah Dia yang telah datang dengan air dan
darah, yaitu Yesus Kristus, bukan saja dengan air, tetapi dengan air dan dengan
darah. Dan Rohlah yang memberi kesaksian, karena Roh adalah kebenaran. Sebab
ada tiga yang memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus;
dan ketiganya adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh
dan air dan darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia,
tetapi kesaksian Allah lebih kuat. Sebab demikianlah kesaksian yang diberikan
Allah tentang Anak-Nya. Barangsiapa percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai
kesaksian itu di dalam dirinya; barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia
membuat Dia menjadi pendusta, karena ia tidak percaya akan kesaksian yang
diberikan Allah tentang Anak-Nya. Dan inilah kesaksian itu: Allah telah
mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.
Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak,
ia tidak memiliki hidup.
(Kisah
4:12). Dan keselamatan tidak ada di
dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak
ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan.
(Efesus
2:8-9). Sebab karena kasih karunia kamu
diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu
bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
(Filipi
3:8-9). Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus
Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh
Kristus, dan berada dalam Dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati
hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus,
yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan.
Kesaksian Roh Kudus
1. Roh
Kudus disebut Roh Kebenaran.
(Yohanes
14:17). yaitu Roh Kebenaran. Dunia tidak
dapat menerima Dia, sebab dunia tidak melihat Dia dan tidak mengenal Dia.
Tetapi kamu mengenal Dia, sebab Ia menyertai kamu dan akan diam di dalam kamu.
(Yohanes 15:26). Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa
datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang
Aku.
(Yohanes
16:8-13). Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran
dan penghakiman; akan dosa, karena mereka tetap tidak percaya kepada-Ku; akan
kebenaran, karena Aku pergi kepada Bapa dan kamu tidak melihat Aku lagi; akan
penghakiman, karena penguasa dunia ini telah dihukum. Masih banyak hal yang
harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya.
Tetapi apabila Ia datang, yaitu Roh Kebenaran, Ia akan memimpin kamu ke dalam
seluruh kebenaran; sebab Ia tidak akan berkata-kata dari diri-Nya sendiri,
tetapi segala sesuatu yang didengar-Nya itulah yang akan dikatakan-Nya dan Ia
akan memberitakan kepadamu hal-hal yang akan datang.
(1
Yohanes 4:6). Kami berasal dari Allah: barangsiapa mengenal Allah, ia
mendengarkan kami; barangsiapa tidak berasal dari Allah, ia tidak mendengarkan
kami. Itulah tandanya Roh kebenaran dan roh yang menyesatkan.
2. Roh Kudus disebut urapan.
Ini
menggambarkan pelayanan Roh Kudus dalam mengajar Firman Allah kepada
orang-orang percaya.
(1
Yohanes 2:20, 27). Tetapi kamu telah beroleh pengurapan dari Yang Kudus, dan
dengan demikian kamu semua mengetahuinya. Sebab di dalam diri kamu tetap ada
pengurapan yang telah kamu terima dari pada-Nya. Karena itu tidak perlu kamu
diajar oleh orang lain. Tetapi sebagaimana pengurapan-Nya mengajar kamu tentang
segala sesuatu. dan pengajaran-Nya itu benar, tidak dusta.dan sebagaimana Ia
dahulu telah mengajar kamu, demikianlah hendaknya kamu tetap tinggal di dalam
Dia.
3. Roh
Kudus menerangkan Firman ke dalam hati kita.
Kisah
16:14 Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut
mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah
kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang
dikatakan oleh Paulus.
4. Roh Kudus memberikan pengertian tentang
hal-hal rohani dari Kristus.
(1
Korintus 2:12-16). Kita tidak menerima roh dunia, tetapi roh yang berasal dari
Allah, supaya kita tahu, apa yang dikaruniakan Allah kepada kita. Dan karena
kami menafsirkan hal-hal rohani kepada mereka yang mempunyai Roh, kami
berkata-kata tentang karunia-karunia Allah dengan perkataan yang bukan
diajarkan kepada kami oleh hikmat manusia, tetapi oleh Roh. Tetapi manusia
duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya
adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya
dapat dinilai secara rohani. Tetapi manusia rohani menilai segala sesuatu,
tetapi ia sendiri tidak dinilai oleh orang lain. Sebab: Siapakah yang
mengetahui pikiran Tuhan, sehingga ia dapat menasihati Dia? Tetapi kami
memiliki pikiran Kristus.
(Efesus
3:15-19). yang dari pada-Nya semua turunan yang di dalam sorga dan di atas bumi
menerima namanya. Aku berdoa supaya Ia, menurut kekayaan kemuliaan-Nya,
menguatkan dan meneguhkan kamu oleh Roh-Nya di dalam batinmu, sehingga oleh
imanmu Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam
kasih. Aku berdoa, supaya kamu bersama-sama dengan segala orang kudus dapat
memahami, betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih
Kristus, dan dapat mengenal kasih itu, sekalipun ia melampaui segala
pengetahuan. Aku berdoa, supaya kamu dipenuhi di dalam seluruh kepenuhan Allah.
5. Roh
Kudus bersaksi dalam hati kita melalui Firman bahwa kita adalah anak-anak
Allah.
Kesaksian
mengenai kehidupan dalam Anak Allah yang diterima melalui percaya kepada Anak
Allah itu sebagaimana dijanjikan dalam 1 Yohanes 5:11 merupakan berita yang
disaksikan oleh Roh Kudus dalam Fiman.
Roma
8:15-16 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi
takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah.
Oleh Roh itu kita berseru: ya Abba, ya Bapa! Roh itu bersaksi bersama-sama dengan
roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
(1
Yohanes 5:7-11). Sebab ada tiga yang
memberi kesaksian (di dalam sorga: Bapa, Firman dan Roh Kudus; dan ketiganya
adalah satu. Dan ada tiga yang memberi kesaksian di bumi): Roh dan air dan
darah dan ketiganya adalah satu. Kita menerima kesaksian manusia, tetapi
kesaksian Allah lebih kuat.
Sebab
demikianlah kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Barangsiapa
percaya kepada Anak Allah, ia mempunyai kesaksian itu di dalam dirinya;
barangsiapa tidak percaya kepada Allah, ia membuat Dia menjadi pendusta, karena
ia tidak percaya akan kesaksian yang diberikan Allah tentang Anak-Nya. Dan
inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita
dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya.
Prinsip-prinsip Untuk Beroleh
Kepastian
Kita
harus mendasarkan kepastian kita kepada fakta-fakta yang dinyatakan dalam Kitab
Suci, bukan kepada perasaan-perasaan kita. Iman kita dan kepastian kita harus
diletakkan di atas janji-janji yang pasti dalam Alkitab, bukan pada
perasaan-perasaan kita. Urutan yang diajarkan dalam Alkitab adalah: Fakta-Fakta
-Iman ——>Perasaan. Perasaan adalah penanggap jiwa atau hati. Perasaan ini
merupakan akibat dari pemahaman kita terhadap Kitab Suci, namun tak dapat
dijadikan patokan kepercayaan kita maupun status keselamatan kita. Ini
mengantar kita kepada point berikutnya.
Kita
harus mendasarkan kepastian kita kepada fakta-fakta yang dinyatakan dalam Kitab
Suci, bukan kepada usaha-usaha atau perbuatan-perbuatan kita. Perbuatan-perbuatan
atau perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan kita karena kasih karunia
Allah ini dapat mengkonfirmasikan tentang realita kehidupan kita dengan Allah.
Namun kita harus berhati-hati agar tindak menjadikan landasan subjektif sebagai
dasar kepastian, karena bila persekutuan orang percaya dengan Tuhan menjadi
terganggu akibat sesuatu dosa yang diperbuatnya, ia bisa saja kelihatan atau
bertingkah seperti orang yang tidak percaya, terlebih bila keadaan ini
berlangsung agak lama.
1
Korintus 3:1-4 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak dapat berbicara
dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan manusia duniawi,
yang belum dewasa dalam Kristus. Susulah yang kuberikan kepadamu, bukanlah
makanan keras, sebab kamu belum dapat menerimanya. Dan sekarangpun kamu belum
dapat menerimanya. Karena kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara
kamu ada iri hati dan perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu
manusia duniawi dan bahwa kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang
berkata: Aku dari golongan Paulus, dan yang lain berkata: Aku dari golongan
Apolos, bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan
rohani?
Apabila
kita menjadikan perbuatan atau ketaatan sebagai bukti atau dasar keselamatan
maka kita akan diperhadapkan pada dilemma ini: Apabila kita hidup dalam
ketaatan sekarang (andaikata ini menjadi bukti atau dasar keselamatan), bisa
saja keadaan ini berubah. Karena andaikata kita kemudian hidup dalam
ketidaktaatan, maka ini akan membuktikan (berdasarkan dasar pemikiran tadi)
bahwa kita sekarang tidak lagi sebagai orang Kristen yang sejati meskipun bisa
saja kita akan kembali hidup dalam ketaatan. Ketaatan sekarang ini tak dapat
dijadikan sebagai bukti kesejatian iman Kekristenan kita, karena bila itu yang
dijadikan pegangan atau landasan maka kita tidak akan pernah memiliki kepastian
mengenai keselamatan kita.
Perbuatan
seseorang pasca-keselamatan tak bisa dijadikan dasar untuk kepastian
keselamatan. Kitab Suci memperingatkan kita tentang bahayanya mendasarkan
kepastian atau hubungan seseorang dengan Allah kepada perbuatan orang itu.
Sebagai contoh, perhatikan Matius 7:13-23. Nabi-nabi palsu biasanya datang
dengan berbulu domba. Pasti mereka akan kelihatan orang baik, bukan? Mereka
akan tampak sebagai ‘orang-orang Kristen yang patut diteladani’ atau
tiang-tiang jemaat. Buah di sini menunjukkan perilaku mereka bukan ajaran merek
lihat (Mat.
12:31-37.)
Namun
Kitab Suci menegaskan bahwa mereka tidak pernah percaya kepada Kristus; mereka
tidak memiliki hubungan yang sejati dengan Dia (ay. 23). Sebaliknya ternyata
mereka hanya mempercayai diri mereka sendiri (ay. 22). Perbuatan mereka tampak
baik. Bahkan mereka pun menganggap diri mereka memiliki hubungan yang benar
dengan Allah. Namun mereka pun telah tertipu. Mereka tidak memahami bahwa
kepastian keselamatan itu tak dapat didasarkan kepada perbuatan.
Perilaku
Kristen tak boleh dijadikan dasar bagi kepastian keselamatan, melainkan
kepastian keselamatan itu harus didasarkan kepada karya dan kecukupan Kristus
Sang Juruselamat dan kehidupan baru yang telah diperolehnya di dalam Kristus
itu harus menjadi dasar dari perilaku kehidupan Kristen sehari-hari.
(Kolose
3:1-4). Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah
perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah
perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu
tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah
hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan
Dia dalam kemuliaan.
Sebagaimana
ditunjukkan Yohanes dalam 1 Yohanes 1:6-7, perilaku dan kehidupan seperti
Kristus merupakan bukti persekutuan sejati dan juga membuktikan bahwa orang itu
benar-benar berjalan dengan Tuhan dalam terang.
1 Yohanes 1:6-7 Jika
kita katakan, bahwa kita beroleh persekutuan dengan Dia, namun kita hidup di
dalam kegelapan, kita berdusta dan kita tidak melakukan kebenaran. Tetapi jika
kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita
beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita dari pada segala dosa.
Namun
perilaku kehidupan Kristen tak membuktikan adanya hubungan yang sejati dengan
Tuhan karena ketika seorang percaya hidup dalam dosa untuk suatu jangka waktu
tertentu, akan tampak perbuatan-perbuatan daging, sehingga orang percaya itu
akan kelihatan seperti orang yang tidak percaya. Sebagaimana telah disebutkan
sebelumnya, Rasul Paulus membicarakan tentang keadaan ini ketika ia menyebut
orang-orang Kristen karnal (dikuasai sifat kedagingan) sebagai “manusia
duniawi” dalam (1 Korintus 3:3-4).
Karena
kamu masih manusia duniawi. Sebab, jika di antara kamu ada iri hati dan
perselisihan bukankah hal itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi dan bahwa
kamu hidup secara manusiawi? Karena jika yang seorang berkata: Aku dari
golongan Paulus, dan yang lain berkata: Aku dari golongan Apolos, bukankah hal
itu menunjukkan, bahwa kamu manusia duniawi yang bukan rohani.
Berjalan
atau hidup seperti manusia duniawi sama dengan berjalan atau hidup seperti
orang yang tidak mengenal Kristus. Rasul Paulus tidak mempersoalkan atau
meragukan keselamatan mereka. Ia mengakui akan keselamatan mereka namun mereka
ternyata hidup menurut daging dan bukan menurut Roh. Keadaan ini membuat mereka
terlihat seperti orang-orang duniawi, yang belum mengalami kuasa penyelamatan
Kristus meskipun sebenarnya mereka telah berada di dalam Kristus dan Roh Allah
telah berdiam di dalam mereka.
1
Korintus 1:2-9, kepada jemaat Allah di Korintus, yaitu mereka yang dikuduskan
dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang-orang kudus, dengan semua
orang di segala tempat, yang berseru kepada nama Tuhan kita Yesus Kristus,
yaitu Tuhan mereka dan Tuhan kita. Kasih karunia dan damai sejahtera dari
Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu. Aku senantiasa
mengucap syukur kepada Allah-Ku karena kamu atas kasih karunia Allah yang
dianugerahkan-Nya kepada kamu dalam Kristus Yesus.
Sebab
di dalam Dia kamu telah menjadi kaya dalam segala hal: dalam segala macam
perkataan dan segala macam pengetahuan, sesuai dengan kesaksian tentang
Kristus, yang telah diteguhkan di antara kamu. Demikianlah kamu tidak
kekurangan dalam suatu karunia pun sementara kamu menantikan penyataan Tuhan
kita Yesus Kristus. Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya,
sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Allah, yang
memanggil kamu kepada persekutuan dengan Anak-Nya Yesus Kristus, Tuhan kita,
adalah setia. 1 Korintus 3:1 Dan aku, saudara-saudara, pada waktu itu tidak
dapat berbicara dengan kamu seperti dengan manusia rohani, tetapi hanya dengan
manusia duniawi, yang belum dewasa dalam Kristus.
1
Korintus 6:19-20 Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus
yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa
kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas
dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!
Terkadang
ayat seperti 2 Korintus 13:5 digunakan untuk mendukung perlunya menyelidiki
perbuatan-perbuatan kita untuk membuktikan keselamatan kita. Hal ini sungguh
disesalkan karena cara seperti ini hanya menjadikan ayat ini sekedar ayat
pembukti tanpa memperhatikan konteks, arti sebenarnya dan tujuan penulisan ayat
ini sebagaimana dikemukakan Paulus dalam 2 Korintus.
(2
Korintus 13:5). Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman.
Selidikilah dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus
ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji.
Mac
Arthur menjadi contoh tentang kasus ini. Ia menulis: “Keraguan terhadap
keselamatan seseorang tidaklah salah sepanjang keraguan itu tidak dibiarkan
terus menerus bercokol. Kitab Suci mengajak untuk menyelidiki diri kita.
Keraguan harus dihadapi dan diselesaikan secara jujur dan secara alkitabiah.”
Kemudian, setelah mengutip (2 Korintus 13:5), ia mengakhirinya dengan perkataan
ini, “Nasihat ini banyak kali diabaikan bahkan tak pernah digubris dalam gereja
masa kini.
Namun
pertanyaannya adalah apakah hal ini merupakan penafsiran yang tepat dari ayat
ini? Apakah Paulus menyuruh orang-orang percaya menyelidiki diri mereka untuk
mendapatkan kepastian keselamatan? Konteksnya tidak demikian! Coba simak
alasannya berikut ini:
1.
Sekali lagi, seperti halnya dalam 1 Korintus, Paulus tidak meragukan
keselamatan mereka. Ia sama sekali yakin bahwa mereka telah diselamatkan dan
hal ini nyata dalam ayat-ayat yang telah disebutkan di atas tadi.
2.
Kalaupun Paulus menyuruh mereka
menyelidiki diri untuk mendapatkan kepastian, ia tidak menyuruh mereka agar
menyelidiki perbuatan-perbuatan untuk mendapatkan kepastian keselamatan.
Menurut Kitab Suci, apabila ada sesuatu yang perlu diselidiki, maka hal itu
adalah mengenai objek dari iman mereka. Apakah mereka telah benar-benar percaya
kepada Kristus dan bukan kepada sesuatu sistim perbuatan?
3.
Ia tidak menyuruh mereka menyelidiki
diri mereka sendiri melainkan menurut konteksnya dalam ayat 3-7, Paulus
mempunyai tujuan lain. Tampaknya sebagian orang mempermasalahkan keabsahan
pelayanan Paulus akibat pengaruh guru-guru palsu. Bandingkan dengan 2 Korintus
11:1-12:21 yang berisi pembelaan Paulus terhadap berbagai tuduhan tak berdasar
tentang pelayanannya. Dalam ayat 3, mereka menuntut bukti bahwa Kristus berbicara
melalui Paulus. Dalam ayat 5 Paulus menunjukkan bahwa bukti yang mereka cari
itu ada di dalam diri mereka sendiri karena ia telah menjadi bapa iman mereka.
(1
Korintus 4:15). Sebab sekalipun kamu mempunyai beribu-ribu pendidik dalam
Kristus, kamu tidak mempunyai banyak bapa. Karena akulah yang dalam Kristus
Yesus telah menjadi bapamu oleh Injil yang kuberitakan kepadamu.
Cara
terbaik untuk membuktikan pelayanan Paulus ialah dengan menyelidiki iman mereka
sendiri karena kesejatian iman mereka juga membuktikan kesejatian pelayanan
Paulus sebagai jurubicara Kristus. Apakah mereka mengenal Sang Juruselamat? Ya.
Bagaimana cara mereka mengenal Juruselamat itu? Melalui pelayanan Paulus. Ia
tidak menganggap iman mereka palsu. Karena itu, kesejatian iman mereka membuktikan
bahwa Paulus dan pelayanannya juga lulus dari ujian ini. Inilah maksud dari
perkataannya dalam 2 Korintus 13:6 yang mengatakan, “Tetapi aku harap, bahwa
kamu tahu, bahwa bukan kami yang tidak tahan uji.”
Ingatlah bahwa dasar
untuk mendapatkan kepastian keselamatan adalah kesaksian FirmanNya sebagaimana
dinyatakan dalam 1 Yohanes 5:11-13:
Dan inilah kesaksian
itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada
di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa
tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada
kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu
memiliki hidup yang kekal.
Anugerah
Khusus
Jika anugerah umum yang diberikan kepada semua orang, maka anugerah khusus tidak diberikan kepada semua orang. Anugerah khusus (special grace) diberikan hanya untuk kaum pilihan Allah. Anugerah ini berbicara mengenai perbuatan Allah yang menebus, menguduskan, dan memuliakan umatNya. Kebenaran tentang anugerah khusus menjelaskan tentang rancangan kekal serta tindakan Tuhan menyelamatkan manusia berdosa melalui Yesus Kristus (Efesus 1:4-14). Anugerah ini menyatakan perbuatan Allah yang menebus, menguduskan, dan memuliakan umat-Nya. Yang termasuk dalam anugerah khusus ini ialah menerangi pikiran mereka untuk memahami Injil, menginsyafkan hati mereka mengenai perlunya percaya, dan meyakinkan kehendak mereka untuk menerimanya.
Keselamatan di sini sepenuhnya merupakan bagian dari rencana Allah (Devine decree) yang kekal. Dalam rancangan kekal itu, keselamatan ditetapkan selengkapnya oleh Allah. Keselamatan ini kemudian dilaksanakan seutuhNya oleh Yesus Kristus, Juruselamat (Matius 1:21-23) dan diterapkan sepenuhnya oleh Roh Kudus (Roma 8:15-17). Berdasarkan kebenaran ini, dapat dikatakan bahwa keselamatan sepenuhnya dilakukan oleh Allah Yang Esa, melalui karya Yesus Kristus yang menyerahkan nyawaNya mati di atas kayu salib menggantikan manusia berdosa (1 Korintus 15:1-4; 2 Korintus 5:13-14) dan diterapkan oleh Roh Kudus. Perlulah ditekankan bahwa “keselamatan” yang diuraikan di sini adalah merupakan pengungkapan tentang bagaimana peroses “penyelamatan itu dilaksanakan oleh Allah,” yang di dalamnya setiap orang berdosa, yang telah di tetapkanNya untuk memperoleh bagian dan mengalami secara subyektif akan karya agung-Nya ini (Lihat: Kisah Para Rasul 13:48b), yaitu mereka yang telah ditentukan dan dipanggilNya menjadi percaya (Banding: Roma 8:29-30). Keselamatan yang khusus ini menjelaskan rencana Allah yang spesial yaitu “Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa” (2 Petrus 3:9b), dimana “Semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal menjadi percaya” (Kisah Para Rasul 13:48b). Keselamatan sebagai pemberian anugerah Allah itu (Yohanes 10:28-29) membawa manusia berdosa berpaling (konversi) kepada Allah melalui pertobatan dan percaya (2 Petrus 3:9c; 2 Korintus 7:10; 1 Yohanes 5:13-15; Yohanes 6:47; Ibrani 11:1), yang olehnya setiap orang yang percaya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16). Keselamatan pemberian Allah ini begitu spesial, yang memberikan pengalaman subjektif bagi orang percaya, yaitu ada regenerasi (Yohanes 3:3-8; 2 Korintus 5:17), pembenaran (Keluaran 23:7; Ulangan 25:1; Amsal 17:15; Yesaya 5:25; Yeremia 3:11; Yehezkiel 16:50-51; Matius 12:37; Lukas 7:29; Roma 3:4), adopsi (Yohanes 1:12; Galatia 4:1-5; 3:29), pengudusan (Keluaran 15:11, 12; 19:6; Yesaya 5:24; 6:3; 10:17; Yehezkiel 20:39-44; Hosea 11:9; Matius 6:9; 5:48; Lukas 11:2; 1 Petrus 3:15), persatuan dengan Kristus (Yohanes 16:14; 15:58; Roma 5:15-19), ketekunan (Filipi 2:12-13; Roma 7:21-26; Ibrani 6:17-20; 12:1-2), dan pemuliaan di dalam Kristus (1 Timotius 3:6; 2 Timotius 2:11-13; Ibrani 2:5-13).Tindakan Allah yang menyelamatkan di dalam Yesus Kritus ini dan pengalaman spesial akan keselamatan itu memberikan kepastian kepada orang percaya akan hidup kekal yang telah diterima dari Allah (Yohanes 10:28-29).
Penting untuk memperhatikan bagaimana para teolog meninjau anugerah khusus dari empat sudut pandang, yaitu:
1. Anugerah yang
mendahului (Previent grace).
ini
menekankan bahwa anugerah Allah datang terlebih dahulu. Ia yang memulai tanpa
menunggu inisiatif kita atau jasa kita, inilah sifat anugerah yang sangat
menonjol. “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita” (1 Yohanes
4:19) dan “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena
Kristus telah mati untuk kita ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8).
2. Anugerah yang efektif (Efficacious grace).
2. Anugerah yang efektif (Efficacious grace).
yang berarti bahwa anugerah ini menyelesaikan
apa yang Allah maksudkan. Tidak ada yang mampu menggagalkan rencana Allah untuk
menyelamatkan. Seperti kata Yesus, “Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan
datang kepada-Ku dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang”
(Yohanes 6:37). Selanjutnya Yesus menegaskan “dan Aku memberikan hidup yang
kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya
dan seorang pun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan
mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapa pun, dan seorang pun tidak dapat
merebut mereka dari tangan Bapa” (Yohanes 10:28-29).
3. Anugerah yang tidak dapat ditolak (Irresistible grace).
3. Anugerah yang tidak dapat ditolak (Irresistible grace).
ini berasal
dari anugerah yang efektif, yang berarti anugerah ini sampai kapanpun tidak
dapat ditolak. Terlepas dari pergumulan sementara melawan Allah, pada akhirnya
Ia akan mengalahkan dan memenangi kaum pilihan. Karena Allah memberi umat-Nya
sebuah hati yang baru untuk mengenali-Nya, mereka mengenal dan meresponi
suara-Nya serta mengikuti Dia (Yer. 24:7; Yoh. 10:27).
4. Anugerah yang memadai (Sufficient grace).
4. Anugerah yang memadai (Sufficient grace).
berarti
anugerah yang cukup untuk mencapai maksud Allah menyeamatkan orang-orang yang
dipilihNya. “Karena itu Ia sanggup juga menyelamatkan dengan sempurna semua
orang yang oleh Dia datang kepada Allah. Sebab Ia hidup senantiasa untuk
menjadi pengantara mereka” (Ibrani 7:25).
Bahkan setelah
keselamatan pun, anugerahNya cukup bagi kita (2 Korintus 12:9), meskipun untuk
bertumbuh di dalam anugerah merupakan kerjasama manusia dan Allah. Dengan kata lain, kita yang diselamatkan
karena anugerah tidak berhak untuk memiliki kehidupan Kristen yang pasif.
Anugerah pasca keselamatan itu sedikit pun tidak memasukkan unsur jasa atau
usaha. Namun, Paulus mengingatkan secara langsung bahwa orang-orang Kristen
hendaknya bekerja sebagaimana Allah bekerja di dalam kita (Filipi 2:12-13).
Konsekuensi praktis dari anugerah Allah di dalam kita ialah memperlakukan
orang-orang lain dengan lemah lembut. Kita memberlakukan pengampunan Allah dan
kebaikanNya kepada mereka, entah mereka layak menerimanya atau pun tidak.
Hasilnya, semua orang yang mengamati kita tentu akan melihat anugerah Allah
tampak di dalam diri kita.
Perlunya Anugerah
Perlunya anugerah Allah bagi manusia didasarkan pada anggapan tentang natur keberdosaan manusia. Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). Kita perlu ingat bahwa akibat-akibat sepenuhnya dari kejatuhan tidak hanya terwujud seketika di dalam Adam dan Hawa tetapi juga di dalam keturunan-keturunan mereka, yakni semua umat manusia. Akibat jangka panjang dari kejatuhan adalah dosa menurun pada semua manusia dan maut menurun pada semua manusia. Akibat pertama dari kejatuhan adalah dosa menurun kepada semua orang. Dosa manusia meliputi dosa pertalian, dosa warisan dan dosa pribadi. Dosa warisan dapat didefinisikan sebagai keberadaan berdosa dari semua orang yang yang dibawa sejak lahir. Dosa pertalian disebut juga penghitungan atau imputasi dosa. Di sini dimaksudkan dengan pertalian adalah pertautan, pelimpahan atau pengaitan sesuatu terhadap seseorang. Dasar Alkitab untuk pertalian dosa adalah Roma 5:12 yang mengajarkan bahwa dosa bahwa dosa masuk kedalam dunia melalui satu orang yaitu, Adam kepada segala bangsa (Roma 5:12-21). Dosa pribadi atau dosa aktual dapat didefinisikan sebagai dosa-dosa yang berasal dari tindakan, perkataan, atau pikiran yang manusia lakukan. Dosa aktual tidak ditularkan, melainkan setiap orang melakukan dosanya sendiri dan setiap orang pasti menderita akibat dosanya sendiri. Walau tidak ditularkan, dosa aktual juga bisa mempengaruhi orang lain (Keluaran 20:5; 1 Timotius 5:22). Dalam Roma 3:9-18 Paulus menjelaskan tentang penghukuman atas semua orang karena dosa-dosa yang mereka lakukan sendiri. Hukuman itu berlaku umum dan didasarkan atas perbuatan jahat, baik lewat perkataan maupun lewat perbuatan. Dosa itu merupakan suatu kenyataan karena kita mewarisi tabiat dosa dan dosa Adam dipertalikan kepada kita. Manusia menipu, tidak berbelas kasihan, menghina Tuhan, membunuh, memeras, mencuri, bertengkar, menyiksa, menindas, dan lain sebaginya. Dosa-dosa aktual ini menyadarkan kita akan kenyataan keuniversalan dosa dan bahwa setiap orang melakukan dosa secara aktual, kecuali bayi. Alkitab menegaskan bahwa “kita semua bersalah dalam banyak hal” (Yakobus 3:2) dan “semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Bentuk dosa-dosa aktual adalah perkataan dan perbuatan misalnya: berdusta (1 Yohanes 1:6), pilih kasih (Yakobus 2:4), keduniawiaan (1 Korintus 3:1-4), penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, dan lainnya (Galatia 5:19-21).
Selanjutnya, akibat dari kejatuhan adalah maut menurun pada semua manusia (Kejadian 2:17). Sebagaimana dosa masuk ke dalam dunia oleh satu orang, demikian juga akibat dosa itu yaitu maut menurun pada semua orang (Roma 5:12-21; 6:23; Kejadian 2:17). Sebagaimana dosa bersifat universal maka maut juga bersifat universal. Manusia pada mulanya diciptakan dengan kapasitas bagi kekekalan dan tidak perlu mati. Secara khusus akibat dari dosa maka manusia mengalami tiga bentuk hukum (1) Akibat dari dosa warisan atau dosa asal, maka manusia mengalami kematian rohani yang ditandai dengan terputusnya/terpisahnya hubungan dengan Allah dalam kehidupan sekarang ini (Yohanes 5:24; Roma 5:12-21; 8:6; Efesus 2:1; 1 Timotius 5:6). Jika hal ini tidak berubah dalam diri manusia di sepanjang hidupnya, maka kematian kekal atau kematian yang kedua akan menyertainya (wahyu 20:11-15). Kematian kekal dimana manusia akan dibuang ke tempat yang gelap dan penuh dengan siksaan yang akhirnya membawa mereka jauh dari hadirat Allah (Matius10:28; 25:41; 2 Tesalonika 1:9; Ibrani 10:31; Wahyu 14:11; 20:11-15). (2) Akibat dari dosa yang dipertalikan adalah kematian jasmani (Roma 5:13-14). Kematian jasmani yang ditandai oleh kematian fisik tubuh yang fana (Kejadian 2:17; Bilangan 16:29; 27:3; Mazmur 90:7-11; Pengkhotbah 12:7). (3) Akibat dari dosa-dosa pribadi (aktual) adalah hilangnya persekutuan yang harmonis Orang yang tidak beriman tidak memiliki persekutuan dengan Allah karena dosa-dosanya; dan apabila orang percaya berdosa, ia kehilangan sukacita dalam persekutuan dengan keluarga Allah. Bila ia mengakui dosanya dan diampuni maka persekutuannya dipulihkan (1 Yohanes 1:7-9).
Dosa telah menyebabkan manusia mengalami kerusakan total (total depravity) dan ketidakmampuan total (total inability). Yang dimaksud dengan kerusakan total bukanlah berarti (1) bahwa setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara keseluruhan dalam perbuatan, (2) bahwa orang berdosa tidak lagi memiliki hati nurani dan dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah, (3) bahwa orang berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) bahwa orang berdosa tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Allah maupun manusia. Arti dari kerusakan total adalah (1) bahwa dosa telah menjangkau setiap aspek natur manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) bahwa secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). Sedangkan ketidakmampuan total berarti: (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah.
Jadi, manusia dalam natur lamanya yang berdosa tidak menyadari dan tidak mampu menanggapi hal-hal rohani dari Allah. Manusia tidak mampu melakukan apapun untuk mengubah natur maupun keadaan keberdosaannya (Roma 3:9-20). Maka jelaslah bahwa manusia memerlukan kasih karunia Tuhan yang memampukannya untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Manusia yang telah mati secara rohani perlu dihidupkan kembali secara rohani. Paulus mengatakan “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan –“ (Efesus 2:1-5).
Sifat Allah yang kudus menyebab Ia murka terhadap manusia yang melanggar hukum-hukumNya dan mengharuskanNya menghukum manusia berdosa tersebut. Sementara itu, sifat Allah yang kasih menuntutNya mengasihi manusia berdosa, dengan memberikan kemurahan, kebaikan dan belas kasihan kepada manusia. Disini kekudusan dan kasih Allah dikonfrontasikan. Allah tidak dapat mengorban salah satu dari kedua sifat tersebut, yaitu kekudusan dan kasih. Lalu bagaimana cara Allah menegakkan supremasi hukum dan keadilanNya atas dosa manusia? Korban pengganti, yang akan menjalankan hukuman itu. Paulus dalam kolose 2:13,14 mengatakan “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib” Hanya kematian Kristus saja yang dapat meredakan kemarahan Allah dan memenuhi tuntutan keadilanNya. Kristus secara sukarela menanggung hukuman yang seharusnya dijatuhkan kepada manusia. Dengan demikian kekudusan, hukum, dan keadilan Allah telah ditegakkan, dan secara simultan kasihNya kepada manusia dinyatakan.
Pribadi yang terlibat dalam korban keselamatan itu ialah Allah yang menjelma menjadi manusia. Hanya pribadi ini yang dapat menyebabkan keselamatan manusia. Lalu, mengapa Allah harus menjadi manusia? Alkitab menyatakan bahwa hukuman bagi dosa adalah maut, dan satu-satunya jalan mengatasi dosa adalah dengan korban darah dan kematian. Berhubung Allah tidak dapat mati, maka harus terjadi inkarnasi agar ada natur atau sifat manusia yang bisa mengalami kematian dan dengan demikian membayar hukuman dosa. Hanya Allah-Manusia yang memenuhi syarat untuk menjadi Juruselamat Sejati. Juruselamat itu harus manusia agar dapat mati bagi dosa-dosa manusia, Juruselamat itu juga harus Allah, supaya dalam kematianNya Ia dapat hidup dan membayar harga dosa (Roma 1:1-4). Melalui kematian-Nya di kayu salib Kristus melenyapkan perseteruan antara manusia dengan Allah (Efesus 2:16); Kristus menjadi terkutuk karena kita di atas kayu salib (Galatia 3:13); Kristus telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib supaya kita hidup untuk kebenaran (1 Petrus 2:24); Kristus melakukan pendamaian yang diadakan oleh darah salib Kristus (Kolose 1:21); Kristus dipaku di kayu salib untuk membayar hutang dosa dengan harga yang lunas (Kolose 2:14).
Perlunya Anugerah
Perlunya anugerah Allah bagi manusia didasarkan pada anggapan tentang natur keberdosaan manusia. Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercoreng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). Kita perlu ingat bahwa akibat-akibat sepenuhnya dari kejatuhan tidak hanya terwujud seketika di dalam Adam dan Hawa tetapi juga di dalam keturunan-keturunan mereka, yakni semua umat manusia. Akibat jangka panjang dari kejatuhan adalah dosa menurun pada semua manusia dan maut menurun pada semua manusia. Akibat pertama dari kejatuhan adalah dosa menurun kepada semua orang. Dosa manusia meliputi dosa pertalian, dosa warisan dan dosa pribadi. Dosa warisan dapat didefinisikan sebagai keberadaan berdosa dari semua orang yang yang dibawa sejak lahir. Dosa pertalian disebut juga penghitungan atau imputasi dosa. Di sini dimaksudkan dengan pertalian adalah pertautan, pelimpahan atau pengaitan sesuatu terhadap seseorang. Dasar Alkitab untuk pertalian dosa adalah Roma 5:12 yang mengajarkan bahwa dosa bahwa dosa masuk kedalam dunia melalui satu orang yaitu, Adam kepada segala bangsa (Roma 5:12-21). Dosa pribadi atau dosa aktual dapat didefinisikan sebagai dosa-dosa yang berasal dari tindakan, perkataan, atau pikiran yang manusia lakukan. Dosa aktual tidak ditularkan, melainkan setiap orang melakukan dosanya sendiri dan setiap orang pasti menderita akibat dosanya sendiri. Walau tidak ditularkan, dosa aktual juga bisa mempengaruhi orang lain (Keluaran 20:5; 1 Timotius 5:22). Dalam Roma 3:9-18 Paulus menjelaskan tentang penghukuman atas semua orang karena dosa-dosa yang mereka lakukan sendiri. Hukuman itu berlaku umum dan didasarkan atas perbuatan jahat, baik lewat perkataan maupun lewat perbuatan. Dosa itu merupakan suatu kenyataan karena kita mewarisi tabiat dosa dan dosa Adam dipertalikan kepada kita. Manusia menipu, tidak berbelas kasihan, menghina Tuhan, membunuh, memeras, mencuri, bertengkar, menyiksa, menindas, dan lain sebaginya. Dosa-dosa aktual ini menyadarkan kita akan kenyataan keuniversalan dosa dan bahwa setiap orang melakukan dosa secara aktual, kecuali bayi. Alkitab menegaskan bahwa “kita semua bersalah dalam banyak hal” (Yakobus 3:2) dan “semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Bentuk dosa-dosa aktual adalah perkataan dan perbuatan misalnya: berdusta (1 Yohanes 1:6), pilih kasih (Yakobus 2:4), keduniawiaan (1 Korintus 3:1-4), penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, dan lainnya (Galatia 5:19-21).
Selanjutnya, akibat dari kejatuhan adalah maut menurun pada semua manusia (Kejadian 2:17). Sebagaimana dosa masuk ke dalam dunia oleh satu orang, demikian juga akibat dosa itu yaitu maut menurun pada semua orang (Roma 5:12-21; 6:23; Kejadian 2:17). Sebagaimana dosa bersifat universal maka maut juga bersifat universal. Manusia pada mulanya diciptakan dengan kapasitas bagi kekekalan dan tidak perlu mati. Secara khusus akibat dari dosa maka manusia mengalami tiga bentuk hukum (1) Akibat dari dosa warisan atau dosa asal, maka manusia mengalami kematian rohani yang ditandai dengan terputusnya/terpisahnya hubungan dengan Allah dalam kehidupan sekarang ini (Yohanes 5:24; Roma 5:12-21; 8:6; Efesus 2:1; 1 Timotius 5:6). Jika hal ini tidak berubah dalam diri manusia di sepanjang hidupnya, maka kematian kekal atau kematian yang kedua akan menyertainya (wahyu 20:11-15). Kematian kekal dimana manusia akan dibuang ke tempat yang gelap dan penuh dengan siksaan yang akhirnya membawa mereka jauh dari hadirat Allah (Matius10:28; 25:41; 2 Tesalonika 1:9; Ibrani 10:31; Wahyu 14:11; 20:11-15). (2) Akibat dari dosa yang dipertalikan adalah kematian jasmani (Roma 5:13-14). Kematian jasmani yang ditandai oleh kematian fisik tubuh yang fana (Kejadian 2:17; Bilangan 16:29; 27:3; Mazmur 90:7-11; Pengkhotbah 12:7). (3) Akibat dari dosa-dosa pribadi (aktual) adalah hilangnya persekutuan yang harmonis Orang yang tidak beriman tidak memiliki persekutuan dengan Allah karena dosa-dosanya; dan apabila orang percaya berdosa, ia kehilangan sukacita dalam persekutuan dengan keluarga Allah. Bila ia mengakui dosanya dan diampuni maka persekutuannya dipulihkan (1 Yohanes 1:7-9).
Dosa telah menyebabkan manusia mengalami kerusakan total (total depravity) dan ketidakmampuan total (total inability). Yang dimaksud dengan kerusakan total bukanlah berarti (1) bahwa setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara keseluruhan dalam perbuatan, (2) bahwa orang berdosa tidak lagi memiliki hati nurani dan dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah, (3) bahwa orang berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) bahwa orang berdosa tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Allah maupun manusia. Arti dari kerusakan total adalah (1) bahwa dosa telah menjangkau setiap aspek natur manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15); dan (2) bahwa secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12). Sedangkan ketidakmampuan total berarti: (1) Orang yang belum lahir baru tidak mampu melakukan, mengatakan, atau memikirkan hal yang sungguh-sungguh diperkenan Allah, yang sungguh-sungguh menggenapi hukum Allah; (2) tanpa karya khusus dari Roh Kudus, orang yang belum lahir baru tidak mampu mengubah arah hidupnya yang mendasar, dari dosa mengasihi diri sendiri menjadi kasih kepada Allah. Perlu ditegaskan bahwa ketidakmampuan total bukanlah berarti orang yang belum lahir baru sesuai naturnya tidak mampu melakukan apa yang baik dalam pengertian apapun. Ini berarti, orang yang belum lahir baru masih mampu melakukan bentuk-bentuk kebaikan dan kebajikan tertentu. Tetapi perbuatan baik ini tidak digerakan oleh kasih kepada Allah dan tidak pula dilakukan dengan ketaatan yang sukarela pada kehendak Allah.
Jadi, manusia dalam natur lamanya yang berdosa tidak menyadari dan tidak mampu menanggapi hal-hal rohani dari Allah. Manusia tidak mampu melakukan apapun untuk mengubah natur maupun keadaan keberdosaannya (Roma 3:9-20). Maka jelaslah bahwa manusia memerlukan kasih karunia Tuhan yang memampukannya untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Manusia yang telah mati secara rohani perlu dihidupkan kembali secara rohani. Paulus mengatakan “Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu. Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka. Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain. Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita, telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita -- oleh kasih karunia kamu diselamatkan –“ (Efesus 2:1-5).
Sifat Allah yang kudus menyebab Ia murka terhadap manusia yang melanggar hukum-hukumNya dan mengharuskanNya menghukum manusia berdosa tersebut. Sementara itu, sifat Allah yang kasih menuntutNya mengasihi manusia berdosa, dengan memberikan kemurahan, kebaikan dan belas kasihan kepada manusia. Disini kekudusan dan kasih Allah dikonfrontasikan. Allah tidak dapat mengorban salah satu dari kedua sifat tersebut, yaitu kekudusan dan kasih. Lalu bagaimana cara Allah menegakkan supremasi hukum dan keadilanNya atas dosa manusia? Korban pengganti, yang akan menjalankan hukuman itu. Paulus dalam kolose 2:13,14 mengatakan “Kamu juga, meskipun dahulu mati oleh pelanggaranmu dan oleh karena tidak disunat secara lahiriah, telah dihidupkan Allah bersama-sama dengan Dia, sesudah Ia mengampuni segala pelanggaran kita, dengan menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentuan hukum mendakwa dan mengancam kita. Dan itu ditiadakan-Nya dengan memakukannya pada kayu salib” Hanya kematian Kristus saja yang dapat meredakan kemarahan Allah dan memenuhi tuntutan keadilanNya. Kristus secara sukarela menanggung hukuman yang seharusnya dijatuhkan kepada manusia. Dengan demikian kekudusan, hukum, dan keadilan Allah telah ditegakkan, dan secara simultan kasihNya kepada manusia dinyatakan.
Pribadi yang terlibat dalam korban keselamatan itu ialah Allah yang menjelma menjadi manusia. Hanya pribadi ini yang dapat menyebabkan keselamatan manusia. Lalu, mengapa Allah harus menjadi manusia? Alkitab menyatakan bahwa hukuman bagi dosa adalah maut, dan satu-satunya jalan mengatasi dosa adalah dengan korban darah dan kematian. Berhubung Allah tidak dapat mati, maka harus terjadi inkarnasi agar ada natur atau sifat manusia yang bisa mengalami kematian dan dengan demikian membayar hukuman dosa. Hanya Allah-Manusia yang memenuhi syarat untuk menjadi Juruselamat Sejati. Juruselamat itu harus manusia agar dapat mati bagi dosa-dosa manusia, Juruselamat itu juga harus Allah, supaya dalam kematianNya Ia dapat hidup dan membayar harga dosa (Roma 1:1-4). Melalui kematian-Nya di kayu salib Kristus melenyapkan perseteruan antara manusia dengan Allah (Efesus 2:16); Kristus menjadi terkutuk karena kita di atas kayu salib (Galatia 3:13); Kristus telah memikul dosa kita di dalam tubuhNya di kayu salib supaya kita hidup untuk kebenaran (1 Petrus 2:24); Kristus melakukan pendamaian yang diadakan oleh darah salib Kristus (Kolose 1:21); Kristus dipaku di kayu salib untuk membayar hutang dosa dengan harga yang lunas (Kolose 2:14).
Puncak dari penderitaan Kristus adalah kematian-Nya di
kayu salib. Dikayu salib terjadi pendamaian, penggantian, penebusan,
pengampunan dan pembenaran. Kristus telah mati di kayu salib satu kali dan
korbanNya sempurna dihadapan Allah. Karya Kristus disalib ini memberi jalan
keluar bagi manusia dari dosa-dosa manusia. Rasul Yohanes mengatakan, “sebab
hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang
oleh Yesus Kristus” (Yohanes 1:17). Kematian Kristus di kayu salib telah
menebus kita dari dosa-dosa, membentangkan jalan anugerah yang ditawarkan Allah
tanpa mengkompromikan keadilan-Nya dan kebenaran-Nya (Titus 3:7; Roma 3:26).
PENUTUP
Bagaimanakah
seharusnya respon kita terhadap kasih karunia Allah Allah?
Pertama, menerima kasih karunia Allah itu dengan percaya kepada Yesus Kristus. Rasul Petrus dengan tegas mengatakan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”. (Kisah Para Rasul 4:12) .
Banyak ayat dalam Alkitab menegaskan bahwa tanggung jawab manusia dalam keselamatan hanya percaya (Yohanes 1:12; 3:16,18,36; 5;24; 11:25-26; 12:44; 20:31; Kisah Para Rasul 16:31; 1 Yohanes 5:13, dan lainnya). Tetapi, “apakah percaya itu?” Iman yang dimaksud oleh Yohanes dalam Injilnya adalah “aktivitas yang membawa manusia menjadi satu dengan Kristus”, sama dengan yang dimaksudkan oleh Paulus dalam surat-suratnya, yaitu “kepercayaan kepada Kristus”. Jadi, kita yang percaya kepada Kristus tidak hanya menerima hidup yang kekal tetapi juga memiliki hidup yang kekal itu.
Satu-satunya jalan supaya tidak binasa tetapi beroleh hidup kekal adalah dengan percaya kepada Yesus Kristus. Karena sudah adanya korban Yesus Kristus, maka jalan untuk selamat itu menjadi begitu sederhana dan mudah, yaitu hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cara ini disebut sebagai ‘the greatest simplicity’ (kesederhanaan terbesar). Kita tidak mempercayai keselamatan karena perbuatan baik ataupun karena iman ditambah perbuatan baik, tetapi hanya karena kasih karunia oleh iman. Rasul Paulus menulis dalam (Efesus 2:8-9), “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Pertama, menerima kasih karunia Allah itu dengan percaya kepada Yesus Kristus. Rasul Petrus dengan tegas mengatakan, “Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.’”. (Kisah Para Rasul 4:12) .
Banyak ayat dalam Alkitab menegaskan bahwa tanggung jawab manusia dalam keselamatan hanya percaya (Yohanes 1:12; 3:16,18,36; 5;24; 11:25-26; 12:44; 20:31; Kisah Para Rasul 16:31; 1 Yohanes 5:13, dan lainnya). Tetapi, “apakah percaya itu?” Iman yang dimaksud oleh Yohanes dalam Injilnya adalah “aktivitas yang membawa manusia menjadi satu dengan Kristus”, sama dengan yang dimaksudkan oleh Paulus dalam surat-suratnya, yaitu “kepercayaan kepada Kristus”. Jadi, kita yang percaya kepada Kristus tidak hanya menerima hidup yang kekal tetapi juga memiliki hidup yang kekal itu.
Satu-satunya jalan supaya tidak binasa tetapi beroleh hidup kekal adalah dengan percaya kepada Yesus Kristus. Karena sudah adanya korban Yesus Kristus, maka jalan untuk selamat itu menjadi begitu sederhana dan mudah, yaitu hanya dengan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Cara ini disebut sebagai ‘the greatest simplicity’ (kesederhanaan terbesar). Kita tidak mempercayai keselamatan karena perbuatan baik ataupun karena iman ditambah perbuatan baik, tetapi hanya karena kasih karunia oleh iman. Rasul Paulus menulis dalam (Efesus 2:8-9), “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri”.
Berdasarkan pembahasan
diatas dapat disimpulkan bahwa Rasul paulus memaparkan beberapa hal akan karakteristik yang harus dimiliki anak-anak terang untuk dapat hidup
dalam kasih karunia Tuhan . karakteristik anak-anak terang yang dimaksudkan adalah hidup
dalam kasih Tuhan sebagai penurut-penurut Allah yang tercermin melalui hidup di dalam kasih karunia
dan hidup dalam kekududusan. anak-anak terang juga harus
menghasilkan kasih karunia yang
diberikan oleh Tuhan Kepada kita dan meneladani perbuatan-perbuatan kita
menjadi lebih baik . dengan demikian, kita juga mempunyai kasih
karunia Allah yang Tuhan beri kepada Kita. juga hidup yang
lebih bijaksana dan dipenuhi atau dikuasai oleh kasih karunia yang Tuhan
berikan melalui Iman kita kepada Tuhan.
Penerapan:
bagi orang percaya supaya
ada di dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di
dalam Roh, supaya kita dipersatukan di dalam kristus, supaya kita hidup kudus
didalam Tuhan atas semua kasih karuniaTuhan kita diselamatkan supaya kita
dibangkitkan oleh Tuhan, supaya kita tidak jatuh ke-dalam Dosa, dan kita juga
sempurna seperti Tuhan Yesus Kristus melalui Iman kita yang Tuhan Beri.
Aplikasi
Bagi
Orang Percaya akan Taat kepada perintah
Tuhan dan kita semakin dekat dengan Tuhan. Bagi Gereja kita akan taat beribadah
kepada Tuhan, supaya Iman kita semakin bertumbuh di dalam Yesus Kristus, kita
bangkit sama seperti Tuhan, dan kembali dipersatukan oleh Tuhan kedudukan
dari orang bukan yahudi saat ini sudah terbalik sama sekali dari keduudkan
mereka sebelumNya sebagaimana orang-orang kudus. Di dalam Kristus, orang Yahudi
dan bukan Yahudi memiliki kewargaan yang baru ( Flp.3:20, 21) Gereja merupakan
peragaan abadi kasih karunia Allah.
DAFTAR
PUSTAKA
The WYCHLIFFE
Bible Tafsiran Alkitab Masa Kini 2. MAKALAH
Komentar
Posting Komentar