Nama : Melda Wati Manik
Semester
: III
Mata
Kuliah : Homiletika Satu
Dosen : Dr Abson Kawangung, M.Th.
Tugas : Menentukan pokok Utama dan
merumuskan Tema
=================================================================
(
1korintus 7:1-13) Tentang perkawinan
Pokok Utama : Perkawinan orang kristen
Tema :perkawinan Orang
Kristen
Kalimat Tema :
Kalimat Tanya : Bagaimana syarat perkawinan orang kristen ?
Kalimat
Peralihan : Syarat syarat
perkawinan orang kristen 1Korintus 7:1-16 sebagai berikut :
Pokok besar : Kepada orang-orang yang telah kawin aku-- tidak, bukan aku,
tetapi Tuhan--perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan
suaminya.( ay.10)
Pokok kecil : 1. Kalau kita memberi s Munafik sampai diceritakan kepada orang lain
(ay. 2.
2.
Supaya mendapat tidak diketahui orang tidak mendapat upah. supaya Anda dapat
memproleh upah disorga untuk selama-lamanya (ayat.1 )
3.
jangan diumumkan dilorong-lorong supaya
mereka dipuji (ayat.2)
4.
jangan diketahui oleh tangan kirimu
(ayat.3). Hendaklah sedekahmu itu memberi dengan tersembunyi
5.
Kalau kita memberi sedekah jangan sampai diketahui orang lain.
ILUSTRASI TENTANG HAL MEMBERI SEDEKAH
apakah kita
tetap harus hal memberi sedekah dalam
Ketaatan ? Sesungguhnya kalau mau jujur, sangatlah sulit bagi kita untuk bisa
merasa cukup. Manusia cenderung merasa kurang dan terus kurang sehingga merasa
tidak kunjung sanggup untuk memberi. Semakin banyak yang kita punya, maka
semakin banyak saja rasanya yang kita tidak punya. Oleh karenanya kita pun
terus meminta ketimbang berpikir untuk memberi. “Ah nanti saja kalau sudah
kaya, saya sekarang belum sanggup..” kata seorang teman dengan ringannya
setelah menolak memberi sedekah di sebuah lampu merah. Baiklah jika uang
rasanya kurang, bagaimana dengan tenaga, pikiran atau waktu? Ada banyak orang
pula yang merasa tidak punya kemampuan untuk berbuat sesuatu bagi orang lain.
Mereka menganggap bahwa memberkati orang lain artinya harus berkotbah atau
menjadi full timer di gereja, dan itu buang waktu saja. Padahal Tuhan tidak
pernah menuntut kita hanya dalam perkara-perkara besar saja. Hal-hal kecil
seperti senyuman yang gratis sekalipun bisa sangat bermakna bagi yang
membutuhkan, dan itu dihargai besar pula oleh Tuhan. Yang diminta adalah “menurut
kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan.”
Mengapa? “Sebab Tuhan mengasihi orang yang memberi dengan sukacita.”
Ini bisa kita baca dalam 2 Korintus 9:7. Artinya, besar kecilnya pemberian
kita, dalam bentuk apapun, selama dilakukan dengan kerelaan dan sukacita, maka
Tuhan akan menghargai itu dengan sangat besar.
Alkitab menggambarkan beberapa kali mengenai orang yang dimata dunia
mungkin “tidak punya apa-apa”, tetapi kerelaan mereka dalam memberi mendapat perhatian
khusus dari Tuhan sehingga mereka pun tertulis di dalam Alkitab dan bisa kita
baca hingga hari ini. Lihatlah janda miskin yang memberikan persembahan “hanya”
dua peser dalam (Markus 12:41-44). Dikala ada banyak orang kaya memberi dalam
jumlah yang besar, janda miskin ini memberikan jumlah yang sangat tidak
sebanding. Tetapi apa kata Yesus? “Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan
berkata kepada mereka: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini
memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti
persembahan.” (ayat. 43). Lihatlah bahwa jumlah bukanlah menjadi patokan
dalam penilaian Tuhan, tetapi kerelaan hati dalam memberilah yang Dia
perhatikan.
Dalam kesempatan lain, kita pun bisa membaca sekelumit kisah pendek mengenai
seorang wanita bernama Tabita, yang dalam bahasa Yunani disebut Dorkas. “Di
Yope ada seorang murid perempuan bernama Tabita–dalam bahasa Yunani Dorkas.
Perempuan itu banyak sekali berbuat baik dan memberi sedekah.” (Kisah
Para Rasul 9:36). Apa yang dimiliki Tabita sederhana, yaitu menjahit. Itu bisa
kita lihat dalam (ayat 39), dimana ketika ia meninggal para janda semuanya
menangis dan mengenangnya dengan menunjukkan pakaian-pakaian yang dia jahitkan
untuk para janda ini semasa hidup. Kelihatannya ia tidak memberi uang dalam
jumlah besar, ia pun tidak pintar berkotbah seperti halnya para rasul yang
pergi mewartakan kabar keselamatan kemana-mana pada saat itu. Tetapi apa yang
ia lakukan ternyata bermakna sangat besar bagi para janda miskin di kotanya,
dan Tuhan pun sangat menghargai hal itu. Pada suatu ketika ia sakit dan
meninggal. Begitu berkesannya perbuatan baik Tabita kepada banyak orang,
sehingga ketika mendengar Petrus tengah melayani di sebuah kota yang tidak jauh
dari tempat Tabita, dua orang segera diutus untuk menjumpai Petrus. Petrus pun
datang Tabita disemayamkan. Dan mujizat pun terjadi. “Tetapi Petrus menyuruh
mereka semua keluar, lalu ia berlutut dan berdoa. Kemudian ia berpaling ke
mayat itu dan berkata: “Tabita, bangkitlah!” Lalu Tabita membuka matanya dan
ketika melihat Petrus, ia bangun lalu duduk. Petrus memegang tangannya dan
membantu dia berdiri. Kemudian ia memanggil orang-orang kudus beserta
janda-janda, lalu menunjukkan kepada mereka, bahwa perempuan itu hidup.”
(ay 40-41). Tabita dibangkitkan. Bayangkan jika ia bukan orang yang rajin
berbuat baik dan memberi sedekah. Mungkin tidak ada orang yang peduli untuk
jauh-jauh pergi meminta Petrus untuk datang, maka tidak akan ada mujizat
kebangkitan disana. Tapi perbuatan baik yang ia lakukan dengan tulus, sedekah
yang ia berikan lewat menjahitkan baju bagi janda-janda ternyata membuat cerita
yang berbeda. Tuhan tidak menutup mata atas kebaikan hati Tabita dan segala
yang ia lakukan untuk menolong sesamanya. Tabita pun akhirnya hidup lagi dan
menjadi kesaksian yang membuat banyak orang menjadi percaya pada Yesus. (ay
42).
berkat yang melimpah ruah, supaya kalian selalu mempunyai apa yang kalian
butuhkan; bahkan kalian akan berkelebihan untuk berbuat baik dan beramal.“ (2 Korintus
9:8). Persis seperti itulah yang dilakukan Tabita alias Dorkas sesuai kema kita
sudah melihat Firman Tuhan yang berbunyi: “Allah berkuasa memberi kepada
kalian kemampuan atau panggilannya. Ia berprofesi sebagai penjahit, dan ia
memberkati lewat profesinya. Banyak sedikit uang yang dimilikinya bukanlah
menjadi ukuran, tetapi kerelaan hatinya dalam memberi atas dasar belas kasih,
itulah yang menggerakkannya dalam berbuat baik dan beramal. Dan lihatlah
bagaimana Tuhan menghargai itu. Bukan saja Tuhan, tetapi para janda di kotanya
yang kecil pun sangat menghargai kemurahan hatinya.
Anda hanya punya sedikit harta? Kemampuan anda terbatas dan anda merasa
tidak ada yang istimewa dengan kemampuan anda itu? Itu bukanlah masalah sama
sekali dan tidak akan pernah bisa menjadi alasan untuk tidak memberi.
PENERAPAN PERAKTIS
Sesungguhnya jika kita mau melihat
atau memeriksa kembali apa yang kita punya, Tuhan sudah melengkapi kita untuk melakukan setiap perbuatan baik. (2 Timotius 3:17). Artinya kita tinggal
memiliki sebentuk hati yang penuh kasih, yang rindu untuk menolong orang lain,
siapapun mereka. Selebihnya sudah disediakan langsung oleh Tuhan. Pada akhirnya
kita harus merenungkan ayat berikut: “Hendaklah kamu murah hati, sama
seperti Bapamu adalah murah hati.” (Lukas 6:36). Kita tidak akan pernah
kekurangan setelah memberi dengan kerelaan hati dan sukacita, Tuhan justru akan
terus melipat gandakan agar selain kita mampu mencukupi kebutuhan kita, tetapi
terlebih pula agar kita mampu memberkati orang lain lebih dan lebih lagi. Kita
diberkati untuk memberkati, kita diberi untuk memberi. Hati yang bersukacita
dalam memberi tidak akan memandang kekurangan atau keterbatasan diri sendiri,
tetapi mampu melihat dengan penuh rasa syukur bagaimana Tuhan selama ini telah
memberkati kita.
Komentar
Posting Komentar