Langsung ke konten utama

Tugas Resensi Buku Dogmatika.

                                Nama           :Melda Wati Manik
                                Semester     : II
                                Mata Kuliah :Dogmatika
                                Dosen            :Pdt.Mangatas p.Aritonang ,M.Th.
                                                  Tanggapan Buku Dogmatika tentang Dogmatika Masa Kini

                                     Pendahuluan
Alkitab adalah buku yang paling banyak dibaca sepanjang waktu. Ia telah diterjemahkan ke dalam tiap-tiap bahasa yang dikenal. Alkitab mempunyai daya tarik yang sama kuat, baik bagi ahli-ahli fisika nuklir maupun orang-orang yang paling sederhana. Namun, kendati popularitasnya begitu hebat, Alkitab juga merupakan buku yang paling banyak diserang diantara segala buku yang pernah ditulis.
Dalam abad ke-20, kritik terhadap Alkitab tidak saja timbul dari luar agama Kristen, melainkan juga dari dalamnya sendiri. Sekarang ini banyak pemikir digaji untuk menjadi pendeta dan guru sekolah tinggi, yang menggunakan banyak waktu mereka untuk menulis dan menerbitkan karangan-karangannya yang mendeskeditkan Alkitab.Mereka berkata bahwa Alkitab hanyalah merupakan suatu koleksi cerita dan ketakhyulan yang memuat ajaran Tuhan
Namun, untuk melihat kebenaran dari pernyataan tersebut. Maka marilah kita membuatlewat Tanggapan buku dogmatika masa kini  yang sangat sederhana ini.
APAKAH ALKITAB ITU?

Kita sering kali membawa, membuka dan bahkan ada juga yang seringkali membaca buku yang terkenal ini. Mungkin baik kalau kita mencoba untuk mencari tahu apa sih Alkitab itu.
Ada pepatah yang mengatakan kalau tidak kenal maka tidak sayang, maka baik sekali kalau kita apalagi sebagai pengikut Kristus mengenal buku ini dengan baik. Kita menyebutnya Alkitab, tetapi ada juga yang menyebutnya Kitab Suci. Di belahan bumi lain di sebut Bible, Biblia, Bibbia dan masih banyak kata lain yang menunjuk kepada buku yang kita maksud.Alkitab itu sebenarnya merupakan kosa kata yang berasal dan terjadi
 kata Alkitab itu kampung halamannya ada di Arab sana, yang berarti buku. Sedangkan dalam  artinya juga buku tapi dalam bentuk jamak.
Jadi berdasarkan arti katanya Alkitab berarti sebuah buku yang terdiri dari kumpulan buku-buku. Coba kita buka Alkitab kita, disana ada banyak tulisan-tulisan yang berasal dari orang yang berbeda, masa yang berbeda malahan rentang waktu penulisannya jauh sekali. Bukan hanya soal penulisan dan waktu saja tetapi juga gaya bahasa, corak sastra, persoalan dan masih banyak lainnya yang berbeda. Jelas itu merupakan buku-buku yang sebelumnya terpisah. Maka Alkitab itu mirip dengan perpustakaan yang ada di sekolah atau di kampus kita, hanya bedanya perpustakaan ini bentuknya mini. Hanya ada 66 "buku" di dalamnya, dengan ketebalan yang berbeda-beda, ada yang tebal tetapi juga ada yang tipis bahkan buku yang ditulis oleh Yudas hanya terdiri dari 2 halaman saja. Perpustakaan itu mini tetapi apa kita sudah sering masuk ke dalamnya dan membaca buku yang ada di sana? Kala
utk kita sering kali bolak-balik ke perpustakaan di sekolah atau kampus kita, sangat baik sekali kalau kita juga mengunjungi perpustakaan ini.
Itu pengertian Alkitab berdasarkan arti katanya, kalau kita melihat isi dan maknanya maka Alkitab kita memiliki beberapa pengertian.
ALKITAB SEBAGAI SABDA ALLAH DALAM BAHASA MANUSIA
Kita tahu yang disebut Sabda Allah pertama-tama adalah Yesus Kristus, sang Putra Allah. Coba kita perhatikan apa yang dikatakan oleh Yohanes penginjil tentang Yesus: “Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah……. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. Ini yang ditulis oleh Yohanes dalam bab 1:1-14, tetapi tidak dikutip semuanya disini karena terlalu panjang, coba kita buka sendiri teks itu. Jadi Firman Allah atau Sabda Allah yang pada mulanya ada bersama-sama dengan Allah kita kenali dalam diri Yesus Kristus, Putra Allah.
Dalam dokumen Dei Verbum, sebuah dokumen Konsili Vatikan II mengenai Konstitusi Dogmatik tentang Wahyu Ilahi yang juga dikutip dalam Katekismus Gereja Katolik (KGK), dalam sebuah artikel tertulis demikian: “Sabda Allah yang diungkapkan dengan bahasa manusia, telah menyerupai pembicaraan manusiawi, seperti dahulu Sabda Bapa yang kekal, dengan mengenakan daging kelemahan manusiawi, telah menjadi serupa dengan manusia”. Allah kita Allah yang luarbiasa! Ia ingin dekat dengan kita supaya kita bisa mengambil bagian dalam hidup dan kodrat IlahiNya bersama Yesus Kristus, PutraNya dan juga dalam tulisan-tulisan Alkitab. Dalam diri Yesus Kristus kita mengenali Allah yang mengenakan daging dan di dalam Alkitab kita mengenali Allah yang telah mewahyukan diri dalam kata-kata yang bisa kita kenali dan mengerti.
Kalau kita membaca sebuah buku atau tulisanya, tema sebuah tulisan penting supaya kita bisa mengerti tulisan itu dengan baik, kalau kita lihat KGK artikel 101-104 memiliki tema: Kristus – satu-satunya Sabda Kitab Suci. Lalu dalam artikel itu ditulis : Melalui kata-kata Kitab Suci, Allah hanya mengatakan satu kata: SabdaNya yang tunggal dan di dalam Dia Ia mengungkapkan diri seutuhnya: “Sabda Allah yang satu dan sama berada dalam semua Kitab: Sabda Allah yang satu dan sama bergaung dalam mulut semua penulis Kitab yang suci. Dan karena sejak awal Ia adalah Allah pada Allah, Ia tidak membutuhkan suku-suku kata, karena Ia tidak bergantung pada waktu itu (St. Agustinus, Psal 103,4,1). Maka jelas bahwa Kitab Suci kita adalah Sabda Allah: pada awalnya Yesus semula ada bersama dengan Allah mewahyukan diri dengan mengenakan daging jasmani supaya bisa dikenali, kemudian Allah yang sama mewahyukan diriNya dalam tulisan-tulisan Kitab Suci supaya bisa berkomunikasi dengan kita semua.
Maka dari itu kita diminta untuk menghormati Kitab Suci dan juga mengenali Allah yang ada di dalamnya. Gereja menganjurkan kita semua untuk menghormati Kitab Suci, seperti yang di Oleh sebab itu Gereja selalu menghormati Kitab Suci sama seperti Tubuh Kristus sendiri. Gereja tak putus-putusnya menyajikan kepada umat beriman roti kehidupan yang Gereja terima baik dari meja Sabda Allah maupun dari meja Tubuh Kristus.
Sabda Allah telah ditulis dan tertera dalam bahasa yang kita kenali supaya kita bisa menangkap, mengerti, memahami komunikasi Allah. Kalau Allah menggunakan bahasa malaikat atau "bahasa planet" maka komunikasi dengan Allah tidak dapat kita lakukan. Untung saja Allah menyesuaikan diri dengan kemampuan kita yang terbatas ini sehingga kita bisa mengerti pewahyuan diri Allah.
Sesuatu yang kalau kita pikir sangat luar biasa: Itu berarti bahwa Allah berbicara kepada orang beriman dengan perantaraan manusia dan memakai cara berkata manusia. Sabda Allah ditulis dalam bahasa manusia, oleh karena itu kita mendapati ungkapan-ungkapan yang perlu kita perhatikan, karena ungkapan itu ditulis sesuai dengan budaya dan waktu itu. Yang pasti sangat berbeda dengan ungkapan jaman ini. Dibalik ungkapan-ungkapan manusiawi itu tersembunyi Sabda Allah yang perlu untuk kita temukan. jadi bagi kita, Kitab Suci itu bukan hanya sekedar tulisan-tulisan begitu saja tetapi ada kekayaan besar yang terkandung di dalamnya. Untuk menemukan itu perlulah kita mengerti arti rohani dari tulisan itu, bukan hanya arti harafiahnya saja.
Alkitab sebagai pewahyuan Allah dan tanggapan manusia
Allah itu transenden mengatasi segala sesuatu yang ada dan Allah tidak mudah untuk dikenali, karena ia tidak sama dengan kita manusia. Jelas bahwa Dia tidak sama dengan kita karena Dia adalah pencipta dan penyebab segala sesuatu. Oleh karena itu supaya kita bisa mengenal Allah maka Allah perlu menunjukkan diri-Nya dan mengungkapkan realitasnya yang transeden kepada kita. Tanpa penyataan diri Allah maka manusia tidak mampu mengenal Allah, penyataan ini kita sebut pewahyuan Allah. Dalam ( Efesus :2 kita baca: Dalam kebaikan dan kebijaksanaan-Nya Allah berkenan mewahyukan diri-Nya dan memaklumkan rahasia kehendak-Nya (lih Ef 1:9) kepada manusia. Pewahyuan ini terungkap melalui perkataan dan perbuatan Allah di dalam sejarah keselamatan manusia yang mencapai puncaknya dalam diri Kristus Sang Sabda yang menjadi daging.
Alkitab juga mengungkapkan berbagai macam tanggapan manusia atas pewahyuan Allah dan berbagai macam reaksi atas rencanaNya bagi manusia. Manusia yang menerima wahyu Ilahi ini akan memperoleh hidup yang kekal sedangkan yang menolak pewahyuan ini akan mengalami kebinasaan. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak Tunggal Allah (Yoh 3:18).
Alkitab sebagai buku iman Gereja
Gereja ada lebih dulu daripada Alkitab. Gereja sekarang ini adalah pewaris, penerus dan pengaku iman yang tidak terputus dari suatu umat yang mengalami pernyataan diri Allah.
Gerejalah yang mengumpulkan kitab-kitab yang beraneka ragam ini menjadi satu karena Gereja melihat di dalamnya terkandung kesaksian yang otentik. Alkitab kita terima dari Gereja. Gerejalah yang menyaksikan bahwa buku ini adalah Kitab Sucinya.
Alkitab adalah buku Gereja, buku iman dan santapan kehidupan Gereja. Gereja menemukan ungkapan imannya di dalam Alkitab. Bagi Gereja, Alkitab adalah buku suci dan ilahi karena di dalamnya terdapat Sabda Allah. Alkitab merupakan hukum dan kaidah tertinggi dari iman Gereja Ini berarti perkembangan Gereja bergantung pada penghayatannya akan Sabda Allah`
Status Alkitab
Agaknya status Alkitab ditetapkan berdasarkan dua faktor:
Kenyataan historis, bahwa gereja memanglah sudah mengambil keputusan untuk menegakkan kitab-kitab tertentu sebagai skriptura.
Kenyataan historis ialah bahwa Alkitab memang ditetapkan sebagai skriptura serta dipisahkan, baik dari kitab-kitab lain-lain yang terkarang pada waktu itu maupun dari perkembangan-perkembangan tradisi lisan selanjutnya. Itu berarti bahwa pada taraf tertentu dalam sejarahnya, umat Allah telah mengambil suatu keputusan fundamental untuk memberikan status istimewa kepada bahan yang terkandung dalam Alkitab itu serta mengakui bahan itu sebagai pola-klasik untuk pengertian kita tentang Allah. Jadi dalam arti tertentu, adalah tepat kalau dikatakan bahwa Alkitab mempunyai status itu untuk kita, justru karena pada jaman awal dalam perkembangan synagoge dan gereja, tokoh-tokoh itu sudah mengambil keputusan bahwa Alkitab memang akan diberi status definitif yang demikian.
Kenyataan historis itu selanjutnya sudah masuk struktur-dasariah iman Kristen.
Namun demikian, kita tak boleh bersandar seratus persen kepada argumen yang agak bersifat formal itu. Soalnya bukanlah hanya keputusan itu sudah diambil di gereja kuna, tetapi yang lebih penting ialah bahwa keputusan itu memang serasi dengan sifat-dasariah iman Kristen. Iman menjadi khusus iman Kristen, justru karena iman tersebut mengaitkan diri dengan pola-pola yang terumus secara klasik itu. Agaknya inilah yang dimaksudkan dengan rumusan populer, bahwa "agama Kristen merupakan agama historis." Iman Kristen bukanlah apa saja yang kebetulan dipercayai orang Kristen modern, biar bagaimanapun alasan kepercayaannya itu, melainkan adalah iman yang dikaitkan dengan Yesus dan dengan Allahnya orang Israel. Mengakui sentralitas Alkitab dalam iman Kristen, adalah mengakui sumber-sumber klasik yang menggambarkan dan yang menyaksikan Yesus dan Allah.
Alkitab adalah bagian dari penyataan khusus

Menurut R. Soedarmo, penyataan khusus dasar mulai seketika sesudah manusia jatuh ke dalam dosa, tatkala Allah berfirman: Dimanakah engkau ? (Kej.3:9). Sebab sejak saat itu rusaklah penyataan umum tadi dengan datangnya pengaruh dosa. Penyataan khusus dasar diberikan hingga rasul-rasul yang terakhir meninggal. Sesudah itu cukuplah pernyataan yang menjadi alas atau dasar bagi penyataan khusus yang dibutuhkan bagi manusia sedunia untuk mengenal lagi akan Allah dan untuk menerima anugerah kelepasan. Penyataan khusus ini ialah Alkitab.
Alkitab berasal dari Allah yang melalui Roh-Nya mengilhami para nabi dan rasul, sehingga mereka menyadari penyataan Allah di dalam pelayanan mereka dan menuliskan penyataan Allah itu dengan benar. Alkitab ini telah disampaikan kepada kita melalui suatu proses penyalinan dan penerjemahan. Melalui proses yang panjang ini Alkitab dipelihara dengan tepat karena pertolongan Roh Kudus. Jadi penyataan khusus Alkitab diambil dari penyataan khusus dasar.
Pandangan Alkitab sendiri tentang status Alkitab

Timbul pertanyaan: apakah gambaran tentang Alkitab yang saya ajukan ini sesuai dengan gambaran yang disodorkan Alkitab sendiri? Pertanyaan yang demikian patut dipertimbangkan. Bukankah betul bahwa Alkitab memberikan suatu gambaran tentang karya-karya Allah yang bersifat obyektif dan petunjuk-petunjuk-kalamiah Allah? Apakah ini tidak berarti bahwa Alkitab memperkenalkan diri terutama sebagai komunikasi dari Allah kepada manusia, yaitu suatu "laporan" tentang "penyataan" yang sudah diberikan? Jawaban terhadap pertanyaan ini harus disampaikan dalam dua bagian:
Ada perbedaan antara penjelasan harfiah yang diberikan Alkitab, dan pengertian kita tentang peristiwa-peristiwa yang dilaporkan dalam Alkitab itu. Memang benar bahwa pola-klasik kita biasanya menggambarkan Allah yang berkarya melalui "perbuatan-perbuatan perkasa" yang berbicara menggunakan bahasa manusia. Maka sebagaimana kita catat di atas, aspek-aspek ini secara tradlslonal telah sangat mempengaruhi pengertian kita tentang hakekat Alkitab. Tetapi meskipun aspek-aspek ini menonjol dalam bentuk pola kita, tidak usahlah aspek-aspek itu begitu menonjol bila kita berusaha menilai pengaruh pola itu atas pengertian kita. Yang saya kemukakan di sini bukanlah perkara yang baru; ada beberapa konsep penyataan yang kini laku secara luas, yaitu yang mengurangi peranan aspek "pembicaraan Allah dalam bahasa manusia."
Dalam bentuk harfiah Alkitab pun, laporan-laporan tentang pembicaraan Allah kepada manusia hanyalah merupakan sebagian dari bahan yang ada. Banyak kitab dalam Alkitab memuat pembicaraan manusia-manusia; maka dalam rangka pembicaraan yang demikian itu terdapatlah beberapa bagian yang didalamnya manusia melaporkan pembicaraan Allah kepada manusia. Surat misalnya, adalah merupakan surat-surat seorang rasul kepada jemaat-jemaat, bukan surat-surat Allah kepada Rasul Paulus.
Allah yang Berfirman
Allah adalah Allah yang hidup dan berfirman. Bukan saja Ia berfirman pada masa lampau,melainkan juga pada masa kini Ia hidup dan mau menyampaikan Firmannya kepada kita sendiri. sesuai dengan “ajaran orthodox,” kita bisa menegaskan Alkitab Adalah Firman Allah tetapi pernyataan demikian belumlah mencukupi. sebab yang menjadi soal ialah apakah kita sendiri kini dan disini mendengar Allah bersabda kepada kita,sehingga dengan demikian kita sendiri berjumpa dengan Allah yang hidup serta berfirman itu.”Percaya “ tidaklah berarti : menyetujui,bahwa pada suatu ketika Allah yang tersembunyi menurunkan suatu kitab kudus,sehingga untuk selanjutnya kita boleh merasa “selesai” dengan berpegang teguh kepada huruf-huruf atau ayat-ayat kitab itu.Percaya berarti : bahwa kini dan di sini kita mendengar Allah berfirman kepada kita, lalu taat kepadanya.
Sekalipun Israel sudah mempunyai kitab Taurat,tetapi orang beriman sudah menginsafi bahwa adanya Kitab itu belum cukup.sebab itu berdoa  : “ Janganlah  sembunyikan perintah –perintahmMu terhadap, Aku  “ (Mazmur 119:19) ; “beritahukan jalan-jalanMu kepadaku, ya Tuhan” (Mazmur 25 :4), Apabila  Allah Berfirman  kepada Manusia, maka perkataannya adalah senantiasa  bersifat aktual. ketika bangsa Israel telah merasa Aman dan sejahtera, seolah-olah tak ada bahaya mengancam, maka nabi Yesaya harus berkata kapada mereka : Celakalah kamu, sebab hari penghukuman akan datang dengan segera (Yesaya 7:1) tanpa pemberitaan Firman yang hidup dan aktual, hidup keagamaan selalu pula terancam oleh bahaya membeku, sehingga menjadi penghormatan terhadap huruf-huruf suatu himpunan undang-undang, hukum-hukum dan aturan. 
Bahaya demikian terdapat juga di dalam Gereja mengenai isi Alkitab.Apa yang telah dikatakan oleh Allah kepada Israel dengan perantaraan para Nabi ,di simpan bagi kita di dalam Alkitab : Perjanjian Lama.Tetapi isinya tetap tinggal kata-kata mati,jika Jika Allah sendiri tidak menghidupkannya serta menjadikannya aktual bagi kita kini dan  disini
Setelah dahulu kala Allah berkali-kali dan dengan berbagai-bagai cara berfirman kepada Israel dengan perantaraan para Nabi, maka akhirnya Ia telah Berfirman kepada kita dengan perantaraan  (ataupun :di dalam )Yesus Kristus (Ibrani 1:1) dalam kedatangan Yesus  Kristus, Allah ,Allah telah menyimpulkan segala sesuatu yang hendak dikatakanNya kepada kita kita Manusia. oleh sebab itu Yesus itu Yesus bukan hanya seorang Nabi yang sudah menyampaikan Firman yang di dengarnya dari Allah, melainkan Ia sendiri adalah Firman Allah.
Kesaksian itu tersimpan bagi kita di dalam Alkitab :Perjanjian Baru.jika Roh Kudus tidak datang menolong kita.
Hanya di dalam percaya –Artinya oleh pekerjaan Roh Kudus –maka orang-orang menemukan, bahwa Yesus  adalah Sang Kristus, Anak Allah serta Kyrios kita.
Hanya di dalam percaya –Artinya oleh pekerjaan Roh Kudus dalam diri kita –Artinya pekerjaan Roh Kudus dalam diri kita –isi Alkitab bagi kita menjadi Firman Allah yang di FirmankanNya  kepada kita kepada kita dan disini.
Roh Kuduslah yang sudah bertindak pada waktu terjadinya Alkitab : penulis-penulisnya telah di gerakkan dan di dorong oleh Roh itu ketika mereka berbicara ataupun menulis (2 Petrus 1:21); dan (2 Timotius 3:16).
Itulah sebabnya kita membicarakan soal Alkitab dalam bagian ketiga dogmatika ini ,yang memuat ajaran tentang Roh Kudus  dan Pekerjaannya.
Kewibawaan Alkitab
Siapa yang percaya kepada Yesus Kristus,tak dapat tidak ia mengaku ,bahwa Alkitab mempunyai kewibawaan .Apakah yang akan dapat kita ketahui tentang Kristus,jikalau bukan Alkitab itu menceritakan kepada kita tentang Dia?Alkitab beroleh kewibawaannya misalnya menurut keputusan  suatu rapat Gereja ,seperti suatu Negara menerima undang-undang Dasarnya via konstitutuante atau dewan perwakilan Rakyat.
Alkitab adalah: “bertabiat Dua”  : ia adalah kesaksian manusia tetapi juga firman Allah.
Asal dan sumber kewibawaan itu Adalah Allah sendiri.
Orang-Orang Beriman mengakui :di sinilah dan hanya di sini saja,yaitu di dalam Alkitab,kita mendengar suara Tuhan .
Pokok dan isi Alkitab dapat disimpulkan sebagai berikut :Alkitab adalah pemberitaan tentang sejarah keselamatan,yang pusatnya ialah kedatangan dan pekerjaan Yesus Kristus.Di sinilah letaknya keesaan dan persesuaian antara kesaksian yang beraneka Warna,sebagaimana di beritakan oleh Para Nabi dan Rasul.
Bahaya teori tentang “ilham yang mekanis “  ialah bahwa Alkitab di pecah-pecahkan  menjadi suatu himpunan “kebenaran yang di wahyukan ‘’. Akibat-akibat ajaran seperti itu kita temukan dalam pelbagai sekte yang di cirikan oleh apa yang kita namakan fundamentalisme, yakni pandangan-pandangan Alkitab beralaskan teori “ ilham yang mekanis “. Ingatlah misalnya kolportur-kolportur  dari saksi Yehovah : mereka telah mendapat latihan untu mengadakan diskusi yang selalu berkisar pada beberapa puluhan ayat Alkitab  Demikianlah buat oleh sekte-sekte itu : mereka memilih sejumlah ayat-ayat Alkitab ,yang diperlakukannya sebagai kebenaran –kebenaran yang di wahyukan; ayat-ayat itu bukanlah hanya ‘’diambil dari Alkitab ‘’, tetapi benar-benar diambil keluarlepas dari Alkitab  Sebab itu sekte-sekte itu :  demikian sering melewati pokok dan pusat Alkitab ,yaitu kesaksian tentang Yesus Kristus dan pekerjaaNya . karenannya sering terjadi, bahwa kehidupan rohani dalam sekte-sekte itu bukannlha dicirikan oleh Injil (kabar yang baik )tentang Yesus Kristus, melainkan dicirikaan oleh usaha maanusia untuk menempati hukum-hukum, perintah-perintah dan Aturan –Aturan yang terdapat dalam Alkitab (misalnya tentang perayaan hari sabat)
Ada Pun terhadap kewibawaan Alkitab, haruslah kita insafi bahwa Alkitab adalah kesaksian manusia maupun Firman Allah .penulis-penulis Alkitab telah menyampaikan firman Allah yang didengar oleh mereka sebagai orang-orang yang hidup pada suatu waktu dan disuatu tempat yang tertentu.Kita tidak terikat kepada Pandangan –pandangan atau pengetahuan mereka tentang soal-soal ilmu Alam, ilmu bumi, biologi atau sejarah. Namun Demikian, janganlah kita berusaha untuk memisahkan  bentuk dan isi  Firman Allah  itu : Sang  dari Allah, hanya dapat ditemukan di dalam Yesus orang Nazaret ; Demikianlah juga nisbah antara “Firman Allah “ dengan Alkitab.
Oleh sebab Alkitab memuat “kesaksian manusia”, maka dalam menafsirkannya haruslah kita benar-benar memperhatikan soal-soal mengenai tempat, waktu dan  lingkungan, dimana perkataan Alkitab itu telah diucapkan atau dituliskan.
Karl Bath telah berusaha menyimpulkan soal ini  dalam perumusan yang berikut : Hukum adalah bentuk injil yang isinya ialah Anugerah (Karl Bath dalam brosurnya “Evangelium und Gesetz “). sepintas lalu perumusan itu agak samar-samar dan sulit. Lagi pula kata-kata “bentuk “ dan “ isi” itu memang bercela dan mudah menimbulakn salah paham. Dari rumus ini janganlahmisalnya diambil kesimpulan,bahwa begitu saja Barth menyatukan Injil dan hukum dan mencampurkan keduanya “pandangan kita tentu akan bertentangan dengan seluruh isi Alkitab, bila kita tidak hendak membeda-bedakan antara keduanya  ini “, Kata Barth.
Apabila  Barth menggunakan kata-kata “Bentuk “dan “isi”, maka ia bermaksud menunjuk kepada suatu nisbah dialektis yang telah banyak kali kitakita temukan dalam cara beliau menguraikan soal-soal dogmatika. Yaitu  : suatu nisbah yang di turunkan dari nisbah antara kedua  “tabiat “  Kristus  dalam pada itu Barth  selalu mau memperhatikan perumusan Konsili Chalcecedon (451) : keduanya “tidak bercampur dan tidak berubah. tidak terbagi dan tidak terpisah.
Sesudah pembicaraan kita tentang Alkitab ,dapat kita juga ingatkan kepada nisbah antara “Firman Allah “ dengan Alkitab”. Tak seorang pun akan beranggapan, bahwa Barth begitu saja menyatukan atau mencampurkan keduanya ini; tak dapat tidak keduanya harus di beda-bedakan satu Sama lain. Demikian juga lah halnya dengan nisbah antara Injil dan hukum
Ajaran tentang dua Tabiat Kristus  itu untuk membicarakan soal  “ Injil dan Hukum ini  Maka pertama tama harus dikatakan  : Sang Kristus yang dari Allah itu,datang kepada kita dalam bentuk manusia  Yesus, Orang Nazaret itu,; demikianlah Injil datang kepada kita dalam bentuk hukum. Bila kemanusiaan Yesus dilepaskan dari pada keilahianNya, kemudian disendirikan, maka  Ia di dijadikan hanya seorang Guru atau paling-paling seorang Nabi; demikianlah Hukum tanpa Injil  membawa kepada Moralisme atau keagamaan secara hukum. Memanglah, yang menjadi soal hidup bagi kita ialah : agar supaya dalam Manusia Yesus Orang Nazaret itu kita menemukan Sang Kristus yang dari Allah; demikianlah dalam bentuk hukum Allah harus kita temukan isinya, yakni Injil tentang rahmatnNya. Tetapi dipihak lain  : Sang Kristus tidak kita kenal lepas dari Manusia Yesus Orang Nazaret itu, jika Injil datang dalam bentuk hukum. Bila keilahian Kristus dilepaskan dari pada kemanusiaanNya, lalu disendirikan,maka kita akan terkandas kepada pengertian-pengertian abstrak mengenai suatu keselamatan yang takkan menjadi realitas dalam hidup kita di dunia ini;  demikianlah suatu Injil tanpa Hukum sesungguhnya tidak menjadi “darah daging” (tidak berurat –berakar ) dalam hidup kita sehari-hari.
Akhirnya sejarah Kata “Kanon” Alkitab.kata itu sebenarnya berarti :penggaris, tali pengukur ;arti kiasan : ukuran Norma. kemudiannya kata itu itu dipakai juga untuk daftar kitab –kitab yang bersama-sama merupakan Alkitab : isi Kitab-kitab itulah yang diakui oleh Gereja senagai ukuran dan Norma bagi iman serta kehidupan Kristen.
Kanon atau daftar kitab-kitab perjanjian lama Oleh Gereja Kristen di terima dari Jemaat Yahudi. biasanya  dikatakan, bahwa selanjutnya Gereja pada Tahun 393 di kota Hippo dan pada tahun 397 di kota Karthago telah telah menetapkan kanon seluruh isi Alkitab. Tetapi sebenarnya haruslah kita katakan, bahwa kitab-kitab itu itu dengan sendirinya telah membuktikan kewibawaannya dalam Gereja, sehingga Gereja tidak bernubuat lebih dari pada mengakui adanya kanon yang dengan sedirinya sudah tumbuh itu.
Alkitab “bersifat manusiawi”. Alkitab mengandung kesaksian tentang yesus Kristus dan kesaksian ini diberikan oleh manusia. Konsekwensinya  haruslah kita terima sepenuhnya : sebagaiman agaknya Allah sendiri telah menerima segala konsekwensinya; dan sebagaimana Kristus telah menerima segala konsekwensinya Inkarnasi itu, yaitu bahwa mungkin sekali orang menganggap Dia hanya sebagai manusia biasa, sama seperti orang memperlakukan bahan lain dari zaman purba. Penyelidikan secara ilmiah dan kritik  dari sudut ilmu sejarah dan bahasa, memanglah juga bebas terhadap isi Alkitab bersifat ilahi, misalnya dengan mengatakan bahwa kitab ini dilihat dari sudut kemurnian bahasa dan lancarnya kalimat ini.
Bila kita tidak merasa malu merayakan hari Natal dan menyanyikan tentang kanak-kanak dalam palungan, maka janganlah pula kita merasa malu disebabkan oleh sifat-sifat manusiawi, pandangan penulis Alkitab, misalnya tentang bentuk mereka berbicara tentang peristiwa-peristiwa di dalam sejarah yang lampau, mereka tidak menghiraukan Norma-Norma yang di pergunakan oleh ilmu sejarah modern menumpahkan segala  perhatiannya kepada pemisahan antara apa yang dianggap merupakan “fakta-fakta sejarah” (mythe sage).Tetapi usaha demikian bukanlah menurut bentuk lahir, tulisan-tulisan mereka tidak selalu “orisinil”; ada juga bahan-bahan yang diambil alih dari kesusasteraan bangsa –bangsa lain, seperti orang-orang Babel, Mesir, Farsi dan Yunani. Penulis-penulis Alkitab telah mempergunakan semuanya itu,dengan membuatnya menjadi alat untuk pemberitaan yang dimaksudkan, mereka yakni : memberikan kesaksian tentang kepercayaan mereka kepada Allah yang hidup, yang berfirman. Serta bertindak di tengah-tengah umat manusia, yaitu Allah yang telah menyatakan diri di dalam Yesus Kristus, dan Gereja Kristen telah mendengarkan suara Tuhan yang Berfirman.
PENUTUP
Banyak orang dari berbagai kalangan dan latar belakang mengakui dan menerima kewibawaan Alkitab, walau cara dan manifestasinya berbeda-beda. Sebenarnya setiap cara pemahaman memiliki keunggulan dan kekurangannya masing-masing. Semuanya saling melengkapi. Dan bagi mereka yang terbuka, banyak hal yang dapat dipelajari dari cara pemahaman yang lain.
Mudah-mudahan pembahasan ini mengundang kita untuk lebih mendalami dan mempelajari Alkitab secara lebih mantap, serius dan penuh tanggung jawab. Karena hanya dengan kerendahan hati dan keterbukaan, kita dapat membaca, mempelajari, memahami dan menghayati pernyataan-pernyataan Alkitab beserta segala tuntutannya. Hanya dengan keterbukaan dan kepekaan, pembacaan dan penelaahan Alkitab yang kita lakukan dapat mengubah hidup kita. Hanya dengan kepekaan dan kerendahan hati, kita dapat mengenal identitas Allah yang utuh dan benar seperti yang dinyatakan-Nya dalam pribadi Yesus Kristus.

Akhir kata, bagi umat dan pengikut Kristus, pengakuan dan penerimaan kewibawaan Alkitab tidak mempunyai arti, jika semua itu tidak membuahkan perubahan dan pembaruan pikiran, sikap dan tindakan kita baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, ibadah, maupun dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah sejarah gereja asia

MAKALAH Dosen Pengampu Dr. Yonas Muanley M.Th Oleh                                                     Nama                  :  Melda Wati Manik                                                     NIM                    :  201502049        ...

Ringkasan DOGMATIKA I

D O G M A T I K A  I (TEOLOGI   SISTEMATIKA) Introduksi Teologi Sistematik Kata sistematik berasal dari kata Yunani “sunistano” yang artinya “ berdiri bersama-sama” atau ‘untuk mengatur’. Jadi teologi sistematik menekankan pensitematik teologi. Chafe r mendefisikan, yang dikutif Oleh Paul Enns memberikan definisi teologi sistematik ; sebagai mengoleksi, menyusun secara ilmiah, membandingkan, mendemonstrasikan, dan mempertahankan semua fakta dari sumber mana pun yang berkaitan dengan Allah dan karya-Nya. Dogmatika kadang-kadang dibingungkan dengan teologi sistematik, sehingga ada beberapa karya teologi sistematik yang baik diberi judul “Teologi Dogmatik”. Teologi sistematik biasanya dimengerti sebagai studi yang menunjuk pada system kredo yang dikembangkan oleh suatu denominasi atau gerekan teologi tertentu. Kata dogma berasal dari kata Yunani dan Latin, yang berarti “hal yang dipegang sebagai suatu opini” dan juga bisa menunjuk pada “suatu doktrin ata...

Laporan Bacaan Dogmatika III

Laporan Bacaan Nama                                                 : Melda Wati Manik Semester                                             : III Mata Kuliah                                      : Dogmatika III Dosen                            ...